Suatu pagi di hari sabtu, seorang anak laki-laki bernama Dimas dengan keluarganya hendak pergi menuju rumah nenek dan kakeknya yang berada dangat jauh dari rumah Dimas. Hari itu langit terlihat cerah tidak berawan yang membuat keadaan tidak dingin juga tidak panas.
"Ibu" Dimas berbisik dari kursi belakang memanggil Ibunya yang duduk di bangku depan sebelah supir, supirnya tersebut merupakan ayahnya sendiri.
"Ada apanak?" Ibu dimas menoleh ke belakang ke arah anak pertamanya itu.
"Dimas pernah denger kalau, kakek itu angker ya?" tanya Dimas dengan ekspresi takut.
"ihhh, engga, mungkin keliatan sedikit aneh soalnya kakek masih mengikuti adat daerahnya dulu" Jawab ibu dimas dengan santai.
"Hmmm, iya juga ya bu" Dimas menganggukan kepalanya.
"Dimas udah ga sabar nih ke rumah kakek dan nenek!" seru dimas dengan ekspresi tersenyum.
Selang 5 jam kemudian...
Matahari sudah mulai diatas kepala, jam pun menunjukan pukul 1 siang. Dimas dan keluarganya baru sampai di rumah kakek dan neneknya yang terletak agak terpencil ke arah perdalaman. Bahkan, lingkungan sekitarnya terlihat masih asri dipenuhi dengan pohon-pohon yang menghiasi sepanjang halaman rumah.
Sesaat sebelum masuk ke rumah, dimas melihat sesuatu dan bertanya.
"Ibu-Ibu itu apa bu yang ada di sudut rumah?" tanya dimas dengan raut penasaran.