Mohon tunggu...
JosRampisela
JosRampisela Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup senang mati masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi versus Ahok Lovers

10 April 2016   08:02 Diperbarui: 10 April 2016   20:04 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi dan Ahok

Prestasi real Jokowi-Ahok sebagai pasangan gubernur-wagub di DKI belum terlalu jelas saat Jokowi menjadi Presiden, terlalu singkat waktu yang ada namun baik Jokowi maupun Ahok menurut saya putra-putra terbaik bangsa. Jokowi bercitarasa "kita" dan Ahok berperan "pengawal".

Saat Jokowi blusukan, Ahok mengawal balaikota. Saat Jokowi membuat waduk, Ahok menghadapi komnas HAM, saat Jokowi membersihkan tanah Abang, Ahok bertempur dengan kawanan preman. Good Cop Bad Cop.

Jokowi bukan Ahok

Setelah Jokowi hijrah ke istana dan Ahok DKI-1, tampaklah dengan jelas bagaimana berbedanya Jokowi dengan Ahok.

Kalau Jokowi groundbreaking monorel, Ahok tanpa banyak cingcong membatalkannya. Kalau Jokowi gemar mengundang penduduk di RTH makan siang berkali-kali dan berdialog, Ahok memilih sosialisasi dengan cara mengirim Surat Pemberitahuan diikuti dengan Surat Peringatan dengan backup TNI-Polri. Kalau Jokowi mengganti birokrat dengan lelang jabatan dan lambat mengganti bawahannya, Ahok lebih lugas main pecat. Kalau Jokowi tiap hari blusukan, Ahok hanya menghadiri undangan perkawinan. Kalau Jokowi masuk gorong2 mencari penyebab banjir, Ahok cukup menuduh ada sabotase dan petugas tataair sampai pasukan katak yang masuk gorong-gorong. Kalau Jokowi blusukan dengan celana hitam baju putih sepatu kets, Ahok berkeliaran lebih perlente kemana-mana. Kalau Jokowi tidak suka berpidato dan suka bagi sepeda dan bukutulis Ahok pidato dimana-mana tanpa iseng2 berhadiah.

Jokowi versus Ahok

Akhir-akhir ini di Kompasiana tampak perbedaan yang tajam antara kompasianer dalam menyikapi Ahok. Mirip di 2012 dan pilpres 2014 ada lovers dan haters, tentu saja sebagai orang yang suka heboh saya memilih sebagai Lover Ahok, bukan apa2, meskipun tidak suka Ahok tetapi menjadi Ahok haters tanpa punya idola agak kurang waras menurut saya.

Sebagai Ahok lovers wajib hukumnya memancing emosi calon kompetitor Ahok. Saat Ridwan Kamil marak, saya mengejek Ridwan Kamil begitupun saat bu Risma dijagokan saya membully bu Risma meskipun saya lebih suka bu Risma daripada Ahok. Sudah memilih sebagai Ahok lovers saya pantang berbalik ke bu Risma.

Saya mengamati umumnya kompasianer Ahok Lovers juga adalah Jokowi Lovers kecuali rekan Mawalu yang dulunya pro Prabowo namun sekarang pro Ahok. Ternyata cukup banyak Ahok haters yang justru Jokowi lovers. Khusus golongan ini sampai kemarin saya belum 'ngeh' apa penyebabnya.

Flashback Ahok

Sejak Ahok gubernur, sangat terasa perbedaan Jakarta, meskipun bukan penduduk Jakarta tiap bulan saya rutin ke Jakarta. Kebersihan sungai, waduk, taman, saluran air tampak nyata. Orang Jakarta di kantor client saya juga memuji pelayanan dari tingkat RW sampai kelurahan kecamatan, banjir jangan ditanya lagi semua memuji. Pembersihan area dari penghuni liar, bahu jalan dari PKL sudah terjadi dimana-mana menurut sopir perusahaan yang mengantar saya kemana-mana. Bahkan menurutnya banyak kawasan pinggiran yang dulunya macet sekarang sudah lebih lancar.

Puncaknya adalah hasil survei Charta Politica yang mengejutkan: Tingkat kepuasan pada Ahok-Djarot 82,8% yang lebih tinggi dari Jokowi-Ahok yang 75% bahkan lebih tinggi dari Risma yang punya penghargaan seabrek.

JONGOS Gunawan dan kawanan si Benyu (JLAH)

Meskipun dalam artikelnya Gunawan sudah memberi tanda petik dan penjelasan jongos yang dimaksudnya, dan tokoh yang dijongoskan olehnya adalah Yusril, Jokowilovers yang Ahokhaters (JLAH) sangat sensitif dan bereaksi emosional bahkan ada yang terkesan menjadi Yusrillovers. Ternyata JLAH lebih membela Yusril daripada Ahok. Artikel sibenyu memberi gambaran. 

Out of my mind.

Tidak mungkin alasan primordial yang mendasari ketidaksukaan JLAH pada Ahok karena mereka mengaku tidak rasial, sejauh ini Ahok juga baik-baik saja dalam mengelola uang rakyat bahkan terbukti konglomerat harus bermain dibalik Ahok untuk mencari keuntungan berlebih.

Apa yang membuat JLAH begitu membenci Ahok sampai "berdoa" agar Ahok dicokok KPK dalam kasus sumberwaras, menuduh izin reklamasi menyimpang padahal jelas punya dasar hukum, mengharap Ahok terlibat skandal Sanusi, bahkan terakhir mempersoalkan adik Ahok dalam kasus panama papers padahal offshoreleaks singapore yang berbeda.

Sebagai orang yang sok tau saya berpendapat JLAH parno dan jealous. Takut bahwa ternyata Ahok lebih berprestasi dari Jokowi di Jakarta, bahkan takut Ahok ikut berkompetisi dengan Jokowi di pilpres 2019. Sangat mungkin JLAH jealous pada temanahok karena dengan usia yang relatif begitu muda berkontribusi nyata mengumpulkan ktp buat Ahok, dan mendapat respons yang begitu masif dari masyarakat.

Memberi Ahok kesempatan 6 tahun kedepan membangun Jakarta, prestasi Jokowi dipastikan tenggelam. Sekarang saja hasil survei sudah 82,8% beberapa tahun lagi diatas 90%.

AHOK HARUS DIHENTIKAN. Ahok tidak boleh lebih dari Jokowi. Jokowi lovers harus bersatu menghentikan Ahok, kita ungkap semua keburukannya, kita telanjangi semua kekurangannya, kita doakan kegagalannya. Semua Ahoklover  adalah musuh bersama, semua kompetitor Ahok wajib kita dukung. Jokowi always ... Jokowi Forever.

Saya curious: Akankah kebencian JLAH pada Ahok berubah saat Jokowi-Ahok menjadi pasangan calon presiden di 2019???

Time will tell us.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun