Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kanisius

Selamat Menikmati Tulisan Saya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengurai Permasalahan Pendidikan di Indonesia, Mulai dari Guru Honorer hingga Cita-Cita Bangsa

4 November 2024   13:34 Diperbarui: 4 November 2024   13:40 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaisar Hirohito mengungkapkan bahwa kegagalan Jepang disebabkan karena tidak belajar dari kesalahan. Jepang memiliki kekuatan militer dan strategi perang yang mumpuni, tetapi tertinggal dalam penguasaan teknologi, seperti bom atom. Oleh karena itu, Ia memerintahkan agar guru-guru yang tersisa dikumpulkan dari seluruh pelosok negeri. Keseriusan Jepang dalam hal pendidikan tercermin sampai saat ini dengan kualitas pendidikannya yang melampaui negara-negara Eropa dan Amerika.

Tujuan Pendidikan

Dalam pendidikan, tujuan utama yang harus dicapai adalah pengembangan karakter setiap insan. Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki (Mohammad Hatta). Seorang pemimpin (Leader of Service) tidak hanya kompeten di bidang akademik, melainkan mampu menjadi teladan bagi orang lain.

Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar kepemimpinan dalam pilar pendidikan Indonesia berupa Ing Ngarso Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Seorang pemimpin tidak hanya mampu menginspirasi orang-orang yang dipimpinnya untuk berani maju dan bertanggung jawab, tetapi juga harus mampu menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam diri setiap anggotanya. Lebih dari pada itu, pemimpin yang baik adalah sosok yang dapat menjadi contoh dan melaksanakan dengan baik sebagai pemimpin yang bijaksana dan berteladan.

Pendidikan itu ibarat menanam pohon. Benih yang ditanam tidak langsung tumbuh menjadi besar dan kuat, tetapi membutuhkan proses yang panjang. Perlahan tapi pasti, pohon itu akan tumbuh besar dan berbuah. Ketika angin topan melanda, pohon tetap berdiri tegak karena akarnya sudah tertanam kuat di dalam tanah. Seperti halnya menanam pohon,  belajar membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan konsistensi. Pada akhirnya, perjuangan tersebut akan berbuah manis. 

Lebih dari pada itu, ilmu yang diperoleh melalui proses belajar seharusnya tidak hanya disimpan untuk diri sendiri. Seperti garam yang memberi rasa pada masakan dan cahaya yang menerangi sekelilingnya, ilmu pengetahuan juga perlu dibagikan agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Ibarat kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi, demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga (bdk Mat 5:13-16).

Pendidikan adalah garda terdepan untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar saat ini masih harus diperbaiki dan disempurnakan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Di tengah transisi pemerintahan yang penuh tantangan, arah kebijakan pendidikan harus menjadi fokus utama pemerintah. Para Menteri di era Kabinet Merah Putih memiliki tanggung jawab besar untuk melanjutkan dan memperkuat program-program yang telah ada. Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan kesejahteraan guru honorer yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan bangsa. Tanpa dukungan yang memadai bagi para pendidik, cita-cita pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan tidak dapat terwujud.

Arah Cita-Cita Pendidikan

Pendidikan karakter untuk membentuk calon pemimpin masa depan sangat penting untuk diintegrasikan dalam sistem pembelajaran. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, generasi muda dihadapkan pada tantangan baru yang memengaruhi sikap, etika, dan moral mereka. Sayangnya, kurikulum yang ada saat ini lebih berfokus untuk menjadikan pribadi yang cerdas daripada membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya. 

Membentuk pribadi seutuhnya dapat dilakukan dengan Cura Personalis. Cura Personalis adalah salah satu ciri khas pendidikan Jesuit yang sering diterjemahkan sebagai "perhatian terhadap seluruh aspek pribadi." Cura personalis berkaitan erat dengan pendidikan holistik yang memperhatikan dimensi spiritual dan moral seseorang, selain pengembangan intelektual. Lebih lanjut, hal ini menandakan pendidikan yang menghormati kebutuhan dan identitas unik setiap siswa. 

Visi itu tidak dapat terwujud tanpa pola pikir kepemimpinan. Menjadi pemimpin berarti harus memiliki pengetahuan, ketahanan, kebijaksanaan, dan kerendahan hati untuk mengambil tanggung jawab yang melekat dalam peran tersebut. Pendidikan harus mencapai keunggulan manusia, yaitu pengembangan semua kualitas manusia secara maksimal. Ini adalah panggilan untuk berpikir kritis, bertekun, dan panggilan untuk mengembangkan seluruh pribadi (pikiran, hati, intelektual, dan perasaan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun