Menurut Walter Reckless, terdapat dua faktor yang menahan seseorang untuk melakukan penyimpangan yakni inner containment dan outer containment.
Inner containment sendiri merupakan faktor diri sendiri (self esteem) untuk tidak melakukan kejahatan sebaliknya, outer containment merupakan kesempatan dari lingkungan yang mempengaruhi individu untuk menyimpang. Oleh karena hal itu, sistem surveilans merupakan salah satu bentuk pengendalian sosial yang berasal dari luar diri seseorang (outer containment).
Dalam praktiknya, sistem surveilans memiliki berbagai kontribusi terhadap pengendalian sosial yang dapat berupa sebagai penggentaran sampai dengan proses penyidikan.
Tidak dapat dipungkiri globalisasi berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia saat ini dalam berbagai aspek, salah satunya yakni dalam bidang pengendalian sosial.
Globalisasi yang mendorong perkembangan teknologi dan informasi memberikan ruang baru bagi konsep pengendalian sosial konvensional, salah satunya yakni dalam kegiatan surveilans.
Surveilans konvensional yang menggunakan tenaga dan usaha manusia secara langsung telah digantikan dengan teknologi- teknologi yang jauh lebih efektif. Menurut Gary Marx (1988) dalam Martin, L (2003), terdapat beberapa kelebihan penggunaan teknologi dalam surveilansi dibandingkan manusia secara konvensional yakni;
- Melewati jangkauan manusia, teknologi dapat melewati limitasi fisik yang dimiliki manusia dengan fitur- fitur seperti sensor infra merah, sensor suhu, mikrofon sensitif. Hal ini tentunya meningkatkan batas limitasi surveilans konvensional, sekaligus memberikan efektivitas dan efisiensi yang jauh lebih besar.
- Melewati waktu, produk teknologi yang digunakan dalam surveilans seperti rekaman mengalahkan limitasi memori manusia karena dapat digunakan dapat waktu yang lama dan dapat diulang- ulang putar kembali.
- Memiliki visibiltas yang rendah, sehingga lebih sulit untuk seseorang menyadari bahwa seseorang sedang diawasi.
- Tidak terikat, artinya data dapat diambil tanpa sepengetahuan pihak yang terkait
- Meningkatkan prevensi, penggunaan teknologi cenderung mendorong prosedur kerja terhadap antisipsi dan pencegahan
- Menguntungkan secara kapital, hal ini dikarenakan surveilans yang menggunakan tenaga manusia telah digantikan dengan teknologi yang lebih efektif
- Berkelanjutan, teknologi mampu melakukan surveilensi jauh lebih lama dibandingkan tenaga manusia yang membutuhkan istirahat
- Lebih luas, jika teknologi digunakan untung probing secara dalam, maka jarak yang dijangkau akan semakin luas
Berdasarkan pernyataan Gary Marx tersebut, penulis melihat potensi yang besar bagi teknologi surveilansi sebagai salah satu bentuk pengendalian sosial saat ini. Salah satu teknologi surveilns yang sudah banyak digunakan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta adalah CCTV.
Closed Circuit Television (CCTV) adalah sebuah teknologi berbasis kamera yang diletakkan dalam suatu tempat untuk merekam segala aktivitas dan kejadian yang berlangsung.Â
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Spriggs (2005) dalam Justice Analytical Services Police and Community Safety Directorate Scottish Government terdapat penurunan angka kejahatan yang signifikan terhadap pencurian mobil di parkiran stasiun kereta 14 kota di Inggris, tepatnya yakni 73% (dari 794 kasus menjadi 214 kasus pertahun).Â
Hal ini tentunya tentunya sememiliki pengaruh terhadap aspek psikologis yakni penggentaran terhadap calon pelaku kejahatan. Penulis juga pernah melihat beberapa cuplikan CCTV yang merekam percobaan pencurian atau perampokan yang gagal, karena calon pelaku menyadari bahwa aksinya terekam CCTV sehingga mereka mengurungkan niatnya.
Fungsi lain dari CCTV adalah sebagai bukti dan alat identifikasi polisi dalam menangani suatu kasus perkara. Australian Institute of Criminology Survey of Local Government (2014) menunjukan bahwa penggunan CCTV oleh polisi sebagai alat pembantu dalam mengidentifikasi kasus kejahatan cukup signifikan.