Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kehadiran MyTV dan Oase Televisi Ramah Perempuan

12 Februari 2019   14:07 Diperbarui: 12 Februari 2019   23:51 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya stasiun televisi takkan membuat program yang tak bermanfaat bagi dua sisi: pemirsa, dan tentunya bagi si stasiun televisi itu sendiri. 

Tapi paradigma ini bisa tercemari oleh stigma terhadap jenis tayangan yang hendak dibuat, apakah itu sebelum atau sesudah program itu tayang. Contohnya, program hipnotis dengan embel-embel relaksasi yang sempat hits dan kemudian dibatasi oleh KPI.

 Sudah ada stigma pelanggaran privasi bagi program semacam ini. Tendensinya, sudah pasti rating, share, dan tentu saja iklan.

 Tiga hal (paradigma, stigma & tendensi) inilah yang kemudian menentukan tindak-tanduk stasiun televisi yang kemudian tercermin dari operasi produksi, pascaproduksi, dan penayangan konten, sehingga semua tendensi bisa terwujud dan terengkuh sepenuhnya oleh si lembaga penyiaran.

Kita tentunya tak bisa mengharapkan televisi ditonton oleh sebagian kalangan saja, seperti perempuan saja, karena itu terkesan diskriminatif. Pada prinsipnya tayangan yang dihasilkan lembaga penyiaran wajib memenuhi kriteria aman ditonton bagi semua usia dan golongan. Kita tak mungkin melarang anak kita menonton sinetron, atau kaum ayah yang gemar menonton kartun. 

Kita adakalanya juga tak dapat mengawasi anak setiap saat dalam menonton televisi, lebih-lebih jika sang anak tak sengaja menonton konten tayangan yang tidak sesuai dengan usianya, contohnya adegan bermesraan khas film dewasa yang tayang pada tengah malam.

Kehadiran kanal televisi yang spesifik gender seperti MyTV untuk perempuan, atau spesifik usia seperti Spacetoon untuk anak, bukanlah solusi tuntas akan mewujudnyatakan tayangan sehat yang lebih dari sekedar oase, jika paradigma, stigma, tendensi dan operasi industri televisi masih begitu-begitu saja: menjadikan rating, sharing dan keuntungan sebagai dewa yang begitu dipuja. Ujung-ujungnya, televisi hanya memuaskan pemodal dan pemilik usaha sebagai penguasanya. 

Padahal, perlu diingat, mereka menggunakan frekuensi milik publik yang mereka sewa setiap satu dekade dengan misi utama menjadi mata, telinga dan hati rakyat yang menontonnya. 

Tanpa embel-embel misi mulia itu, saya yakin pemerintah sebagai otoritas pemegang frekuensi pasti enggan mempersilahkan mereka menayangkan kontennya.

MyTV bisa saja menjadi alternatif konten tayangan yang ramah perempuan, sekaligus menjadi salh satu pintu keluar bagi kejemuan menonton televisi, jika oase konten ramah dan aman masih ada. 

Tetapi jika belajar dari apa yang saya analisis di atas, tak ada salahnya jika saya membenarkan Young Lex dan kawan-kawannya dalam lagu mereka dua tahun lalu, bahwa saat ini YouTube memang lebih dari TV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun