[caption id="attachment_330354" align="aligncenter" width="576" caption="Rumah Teh Ndoro Donker. (joshualimyadi)"][/caption]
Citizen Journalism Report
Cuaca di Kawasan Candi Ceto, Karanganyar, Jawa Tengah pada Sabtu (14/06/2014) lalu cukup mendung. Suasana inilah yang membuat sebagian peserta tur Kompasiana-Deltomed lekas mengantuk setelah asyik menjelajah keindahan Candi Ceto selama satu jam, tak terkecuali saya. Kebetulan, lereng Gunung Lawu merupakan sentra penanaman teh terbesar di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi induk Kabupaten Karanganyar.
Apalah artinya berlalu-lalang disekitar ladang teh jika tak menyesap teh? Ya, ada sebuah rumah teh yang terbilang cukup dikenal karena rasa tehnya yang asli dan alami dengan suasana tempat paling unik. Kata sepakat pun keluar. Berkat ajakan beberapa orang Kompasianer dan peserta tur lainnya, Agatha Nirbanawati selaku panitia tur Kompasiana-Deltomed akhirnya setuju untuk mengajak kami ke rumah teh tersebut.
Hamparan ladang teh yang menghijau, dipenuhi dengan pucuk-pucuk yang siap petik, hingga penduduk yang murah senyum dengan giatnya mencabuti satu per satu pucuk-pucuk muda teh untuk dikirim ke pabrik-pabrik maupun rumah-rumah teh menjadi nilai tambah perjalanan saya bersama rekan-rekan Kompasianers. Baik saat menuju Candi Ceto maupun bertolak kembali menuju pertigaan Tawangmangu yang merupakan akses utama candi ini dari jalan utama Solo-Karanganyar, kebun teh turut menjadi objek forografi saya dan rekan-rekan Kompasianer. Sesekali mobil rombongan berhenti untuk memberi kesempatan kami berfoto. Dalam perjalanan kembali, saya dan Pak Fadli berlomba-lomba mengabadikan panorama indah kebun teh yang bergradasi dengan perbukitan disekitar Gunung Lawu.
[caption id="attachment_330356" align="aligncenter" width="576" caption="Perkebunan dan pembudidayaan teh di kawasan Kemuning di kaki Gunung Lawu."]
Lima belas menit kemudian, tibalah kami di rumah teh tersebut. Rumah Teh Ndoro Donker. Sebuah destinasi kuliner yang berlokasi di Jl. Afdeling, Kemuning, Karanganyar ini lokasinya berada di tengah-tengah kebun teh milik PT Rumpun Sari. Melangkah masuk ke dalamnya, Anda akan dibawa pada suasana hangat dalam rumah sang ndoro. Belum lagi potret-potret perkebunan teh di Karanganyar pada masa lampau menghiasi dinding rumah tehnya. Andaikan saja saya kesana dengan bersepeda ontel dan mengenakan baju safari lengan panjang berwarna coklat seperti para tetuan Belanda dulu, pasti akan makin terasa tema jadulnya.
[caption id="attachment_330357" align="aligncenter" width="576" caption="Arsitektur Rumah Teh Ndoro Donker yang kental suasana kolonial Belanda-nya."]
Para pengunjung yang menikmati teh di sini, termasuk kami, umumnya singgah setelah mengunjungi beberapa destinasi wisata disekitar Karanganyar, antara lain Air Terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Kawasan Candi Sukuh, Kawasan Candi Ceto, maupun para traveler yang menempuh jarak perjalanan cukup jauh melewati jalan utama Solo-Karanganyar-Boyolali.
Sedapnya Sajian Rumah Teh
Meski "donker" sendiri dikenal sebagai istilah untuk menggambarkan warna biru tua yang gelap karena tertabrak warna hitam, namun jangan kuatir karena Rumah Teh Ndoro Donker menyajikan teh yang tak sebiru namanya. Beragam sajian teh disajikan apik dan hangat, cocok untuk menghangatkan badan maupun menyegarkan kembali semangat ketika lelah atau mengantuk.
Pelanggan bisa memilih bentuk sajian teh, mau dalam cangkir untuk satu sajian per orang, atau dalam teko untuk empat sajian untuk tiga hingga lima orang. Varian rasa teh dapat dipilih sesuai keinginan pelanggan, mulai dari Premium White Tea, Jasmine Tea, Donker Black Tea, Radja Tea, dan varian teh lain yang dapat Anda coba.