Mohon tunggu...
Gregory Josh Adrianto
Gregory Josh Adrianto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius, Anggota ADK (Anak Desain Kanisius), Pengguna Aktif KRL

Desain menjadi bagian dari hidup saya, tidak luput dengan dunia K-POP yang kian mewarnai hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencari Makna Kemerdekaan dalam Kurikulum Merdeka

4 November 2024   11:25 Diperbarui: 4 November 2024   11:27 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa melakukan PjBL: membuat diorama siklus air | dinasdikbud.tebokab.go.id

Secara keseluruhan, keberadaan UN dalam sistem pendidikan Indonesia kurang sesuai dengan nilai dan tujuan Kurikulum Merdeka yang mendorong pendidikan berbasis kompetensi dan pengembangan minat serta bakat individu. Ketidakcocokan antara keduanya terletak pada pendekatan yang diambil---Kurikulum Merdeka menekankan fleksibilitas dan diferensiasi, sementara UN menekankan homogenitas dan standar yang sama. Ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka sebagai kebijakan yang menyeluruh sulit dicapai jika masih menggunakan sistem evaluasi UN yang tidak sejalan dengan esensi pembelajaran berbasis potensi dan keunikan individu.

Jadi? Sebaiknya bagaimana?

Untuk memajukan sistem dan kualitas pendidikan di Indonesia, langkah pertama yang dapat diambil adalah memperkuat pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru. Guru adalah kunci utama keberhasilan kurikulum dan pendidikan di sekolah. Dengan memberikan pelatihan yang berkesinambungan dan relevan dengan tantangan pendidikan saat ini, guru akan lebih mampu menerapkan metode pembelajaran yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Program pengembangan ini sebaiknya mencakup penggunaan teknologi dalam pembelajaran, pendekatan student-centered, serta penilaian formatif yang lebih holistik agar mereka dapat mengevaluasi kemajuan siswa secara mendalam, bukan hanya dari aspek akademis tetapi juga dari segi karakter dan keterampilan hidup.

Kedua, pemerintah perlu mengurangi ketergantungan pada evaluasi berbasis ujian yang seragam, seperti Ujian Nasional, dan mengarah pada sistem evaluasi yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kemampuan serta minat siswa. Dengan mengganti atau melengkapi evaluasi standar dengan penilaian berbasis proyek, penilaian portofolio, serta evaluasi keterampilan sosial dan emosional, siswa akan lebih leluasa mengembangkan potensi mereka. Evaluasi yang variatif ini memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam berbagai bidang, baik akademis maupun non-akademis, yang akan sejalan dengan tujuan Kurikulum Merdeka yang menghargai keberagaman potensi individu.

Selain itu, peningkatan kualitas fasilitas dan akses pendidikan perlu menjadi prioritas, terutama di daerah-daerah terpencil dan kurang berkembang. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap sekolah memiliki akses yang memadai terhadap fasilitas dasar seperti listrik, internet, buku-buku berkualitas, serta ruang kelas yang layak. Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mempersempit kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, baik guru maupun siswa akan lebih siap menghadapi berbagai inovasi dan program pendidikan, serta mampu mengimplementasikan pembelajaran yang lebih modern dan efektif.

Terakhir, penting bagi pemerintah dan pemangku kebijakan untuk melibatkan masyarakat, khususnya orang tua dan komunitas, dalam proses pendidikan. Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan, misalnya melalui program literasi keluarga atau kegiatan belajar bersama di komunitas, siswa akan mendapatkan dukungan yang lebih menyeluruh. Kerja sama yang solid antara sekolah, keluarga, dan komunitas akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkelanjutan bagi siswa, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di berbagai aspek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun