Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Berdamai dengan Peran Sosial

24 Desember 2020   18:23 Diperbarui: 24 Desember 2020   18:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peribahasa populer seperti 'sambil menyelam minum air' dan 'sekali dayang dua tiga pulau terlampaui' sangat menggambarkan kehidupan manusia di peradaban abad ini. Di tengah kemajuan segala sektor ini, tuntutan untuk setiap individu pun semakin bertambah. 

Kualitas setiap individu sangat berpengaruh dan berguna. Kesibukan pun timbul akibat tuntutan zaman sehingga terkadang seorang harus menjalankan beberapa peran sekaligus.

Hal tersebut terkadang menjadi kekalutan dalam hidup seseorang. Seseorang yang sudah mulai kelelahan secara emosional kadang juga terjadi akibat kebingungan saat menjalankan satu atau beberapa peran. 

Memang sangat wajar bila seorang manusia merasakan kebingungan. Kebingungan tersebut dapat menjadi suatu bahan perenungan seseorang untuk dapat mengambil langkah perbaikan. 

Pada dasarnya, seorang manusia pasti memiliki setidaknya satu peran sosial. Seiring usia yang bertambah, bertambah tuntutan yang didapatkan, yang kemudian tanggung jawab atas tuntutan itu akan diperankan oleh individu tersebut.

Peran sosial merupakan bentuk perwujudan dari tanggung jawab atau tugas dari seseorang. Peran sosial bisa juga disebut sebagai konsekuensi atau suatu fungsi dari status sosial seseorang. 

Menjalani peran sosial yang sudah dimiliki bahkan kadang sudah tak disadari, atau disebut dan dikenal sebagai rutinitas. Setiap orang diharuskan untuk menjalankan perannya dengan baik, agar dirinya berfungsi di lingkungan sosialnya. 

Bisa dikatakan setiap orang dan peran sosialnya ada untuk saling melengkapi satu sama lain. Seperti halnya dalam film, setiap pemeran memiliki karakternya masing-masing dan saling melengkapi serta mengisi  satu sama lain. Begitu pula halnya seperti guru dan murid, atau pun pemerintah dan masyarakat yang peran satu sama lainnya saling dibutuhkan dan saling mempengaruhi.

Sangat banyak dan luasnya peran sosial yang ada di masyarakat sesuai dengan status sosial yang dimiliki. Sebagai contoh perannya untuk belajar dan mengerjakan setiap tugas yang dimiliki oleh seorang murid, peran untuk menjadi pasangan bagi seorang perempuan yang dicintai dan melindunginya beserta anak-anaknya yang akan dimiliki, atau menjalankan pemerintahan dan memimpin suatu negara.

Contoh-contoh di atas sudah menggambarkan tiga penggolongan dari peran sosial. Murid yang setiap hari menuntut ilmu merupakan contoh dari peran sosial yang alamiah atau ideal. Peran tersebut memang sudah sewajarnya diemban oleh setiap orang di usia tertentu. Sedangkan dalam contoh kedua merupakan contoh dari peran yang diinginkan seseorang. 

Memang sudah sangat wajar jika seorang lelaki akan menjadi suami dan ayah, namun seorang laki-laki sesuai keinginannya memilih seorang wanita yang dicintainya untuk menjadi istrinya. Peran untuk menjalankan tanggung jawab sebagai seorang presiden merupakan contoh peran sosial yang ketiga. Peran menjadi seorang presiden merupakan contoh peran sosial yang dikerjakan atau diberikan.

Dengan mengenali serta memahami peran sosial yang dimiliki, akan sangat membantu para pemilik peran tersebut. Kebutaan terhadap sesuatu akan sangat  tidak baik, apalagi kebutaan tersebut terkait dengan diri nya sendiri. Saat seseorang tak mengetahui  atau menyadari peran sosial yang dimilikinya, akan mengakibatkan kekacauan, baik dalam kehidupannya sendiri atau pun bagi orang lain. Setidaknya memahami peran ideal yang dimiliki akan sangat membantu saat seseorang memiliki peran sosial yang lain.

Begitu pula saat melihat orang lain. Terkadang kita tak bisa melihat seseorang sebagai 'siapa', namun kita dapat pula melihat peran sosialnya. Sebagai contoh saat melihat seorang komedian yang tak takut terlihat malu dan berlebihan untuk dapat membuat penonton tertawa dan terhibur, di satu sisi komedian hanya suatu profesi seseorang untuk menafkahi keluarganya. Jadi tak adil jika seorang komedian dianggap memalukan bagi bagi keluarga atau menjadi bahan ejekan. Karena di sana ada dua peran berbeda.

Saling memahami pada akhirnya menjadi kunci. Menurut saya tak mungkin untuk membenarkan segala sesuatunya menurut pemandangan kita. Saling memahami dan mengingatkan adalah hal yang perlu ditumbuhkan dan dirawat. Karena setiap manusia saling terhubung dan membutuhkan satu sama lain dengan perannya masing-masing.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun