Mohon tunggu...
Josephine Kristiana Rianti S
Josephine Kristiana Rianti S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 Manajemen di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penguatan Pendidikan Karakter Remaja dalam Mengatasi Degradasi Moral di Tengah Pandemi

4 Juni 2022   19:40 Diperbarui: 4 Juni 2022   20:28 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini dunia sedang disibukkan dengan merebaknya COVID-19 yang juga terjadi di Indonesia. Membawa begitu banyak dampak signifikan yang mempengaruhi segala sisi aspek kehidupan manusia. Berbagai perubahan yang terjadi secara drastis mengharuskan masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi yang ada. Semua aktivitas dibatasi dengan tujuan memperkecil penyebaran virus Corona.

Keadaan tersebut tentunya berlaku juga bagi aktivitas pendidikan. Aspek pendidikan, menjadi bidang yang tak kalah penting dan menjadi sorotan dari terkenanya dampak pandemi ini. Pemberlakuan pembelajaran daring (online) menjadi solusi agar proses belajar mengajar tetap berjalan di tengah ketidakpastian ini. Setiap peserta didik mengikuti pembelajaran dengan metode daring menggunakan media online seperti Google Classroom, Google Meet, Zoom, e-learning dan melalui beberapa media online lainnya. Akan tetapi, jika dilihat metode tersebut justru perlahan akan merusak moralitas dari para peserta didik.

Fenomena terjadinya degradasi moral pada para remaja, menjadi salah satu akses dari kondisi masyarakat yang tengah berada pada fase transformasi sosial menghadapi era globalisasi (Tilaar, 1999). 

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan moral pada usia remaja :

1)      Kemajuan teknologi yang pesat

Kemajuan teknologi yang pesat di zaman modern membuat individu tidak lagi kesulitan dalam mencari dan menemukan segala informasi yang dibutuhkan.  Terlebih dalam kondisi pandemi ini yang membuat para remaja semakin erat terhadap kehadiran media sosial yang bisa berpengaruh pada mental para remaja. Menurut Van Dijk, media sosial menjadi platform media yang berfokus pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi dalam beraktivitas dan juga berkolaborasi, maka dari itu di tengah pandemi ini yang meminimalisir untuk berkumpul, berkerumun dan bertatap muka, media sosial dapat menjadi fasilitator online yang mampu menguatkan hubungan serta interaksi antar pengguna yang bisa menjadi sebuah ikatan sosial. Banyak terjadi kerusakan moral dan juga karakter para remaja yang menjadikan media sosial sebagai sarana ataupun ladang untuk berkomen negatif dan tidak melihat konteks dari suatu konten yang berujung pada keributan. Banyak remaja yang mengikuti arus dan juga meniru orang-orang atau public figure lainnya sehingga mudah terjerumus dalam ketikan pedas yang mengatasnamakan candaan semata.

2)      Memudarnya keyakinan dan kualitas iman yang kuat

Keyakinan dan kualitas iman sudah memudar alias luntur karena dapat kita lihat bahwa dewasa ini maraknya terjadi perilaku kriminal yang dilakukan oleh para remaja. Di lansir dari sindonews.com bahwa pandemi COVID-19 telah mendongkrak angka kejahatan di Indonesia, contohnya seperti dalam satu bulan sudah terjadi lebih dari lima kasus pembegalan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta, salah satunya adalah aksi perampasan. Pelaku dari aksi tersebut menggunakan senjata tajam untuk menakuti korbannya dan pelakunya juga sama-sama dari kalangan remaja. Pelaku berinisial AS (14), AHS (19), Ds (20), dan juga Rs (20). Keseluruhan aksi kriminal tersebut dilatarbelakangi otak AS yang menariknya baru berusia belia yakni 14 tahun.  Dari kasus tersebut dapat kita lihat bahwa remaja berusia 14 tahun sudah memiliki keberanian untuk melakukan aksi kriminal yang menganiaya dan menghasilkan korban.

3)      Pengaruh eksternal

Keadaan dan kondisi sekitar, baik dari lingkungan maupun segi pertemanan mampu menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi moral. Lingkungan menjadi faktor yang begitu penting bagi pembentukan moral remaja diusia yang masih labil untuk mencari jati diri. Apabila lingkungan dan masyarakat sekitar memberi dampak dan pengaruh positif pada diri remaja tentunya output yang dihasilkan juga akan berdampak positif pada cerminan sikap dan perilaku remaja tersebut. Sebaliknya, bila lingkungan dan masyarakat sekitar memberi dampak dan pengaruh negatif tentunya akan membuat remaja terjerumus kepada hal-hal yang melenceng dan berbanding terbalik dengan norma-norma yang berujung pada penurunan moral seorang remaja.

4)      Memudarnya rasa tanggung jawab

Dengan segala kemajuan teknologi yang ada, tak jarang membuat para remaja semakin leluasa untuk mendapatkan segala informasi yang tersedia di internet. Hal tersebut bila dikaitkan dengan bidang pendidikan akan berdampak pada memudarnya rasa tanggung jawab remaja sebagai seorang murid, dengan dipermudahkannya segala akses dan juga informasi yang bisa didapat membuat remaja kerap kali tidak jujur dalam mengerjakan tugas maupun ujian, mengingat pandemi COVID-19 ini membuat semuanya serba online tanpa adanya pengawasan yang ketat bila dibandingkan dengan pembelajaran offline. Memudarnya sikap kejujuran juga dibarengi dengan rendahnya sikap disiplin para remaja.

5)      Kurang berpikiran jauh terhadap dampak yang akan dialami dalam jangka panjang terhadap sikap yang dilakukan saat muda.

Terkadang sikap remaja cenderung labil karena pada usia tersebut masih mencari dan berusaha menemukan jati diri serta tujuan hidup. Tidak jarang pula banyak remaja melakukan aksi tanpa berpikir terlebih dahulu, hal tersebut bisa terjadi karena dengan mudahnya mereka memikirkan dan melaksanakan sesuatu tanpa berpikir secara sehat dan dengan tujuan yang matang, sehingga akan menimbulkan kekecewaan dan penyesalan diakhir.

Degradasi moral pada bidang akademik telah berkembang, dilihat dari mulai lunturnya tata krama siswa dan juga kecurangan akademik yang berakibat pada lunturnya rasa tanggung jawab siswa yang berpotensi besar pada penurunan kualitas dan karakter siswa yang digadang-gadang sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa. Selain itu, dampak degradasi moral pada remaja bersifat menular kepada remaja lainnya karena kurangnya panutan yang ingin mereka contoh guna mampu membimbing mereka dalam pembentukan dan pematangan karakter dalam diri mereka. Selain itu, dampak degradasi moral lainnya yang disebabkan oleh media sosial dan terjadi pada para remaja yakni menjadi anti sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Antisosial adalah suatu sikap dan juga perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain maupun masyarakat secara umum di sekitarnya (Berger, 2003:302).

Menurut (Sunil Batra, 2013), saat ini keluarga dan juga institusi pendidikan menjadi poros utama dalam perkembangan identitas individu, akan tetapi dewasa ini kebebasan digital di masa pandemi tak jarang menyebabkan kekacauan identitas. Kekacauan identitas terjadi karena seusia para remaja saat ini yang mana dalam proses pencarian jati diri dan minat bertabrakan dengan dunia digital yang begitu bebas dan luas. Para remaja tidak mempunyai pegangan kendali karena penanaman karakter yang seharusnya didapat oleh mereka dari guru terkendala oleh jarak, tidak jarang agen sosialisasi primer yakni orang tua telah menaruh kepercayaan terhadap anak-anaknya dengan anggapan bahwa mereka sudah cukup dewasa tanpa harus dan perlu dibimbing serta diberikan edukasi nyata. Hal tersebut menyebabkan para remaja saat ini bisa memilih siapa role model yang ingin ia contoh dengan kebebasan yang tak jarang mengarah pada hal negatif.

Dihadapkannya dengan problematika degradasi moral yang berpotensi mengancam para generasi penerus bangsa, diperlukan untuk melakukan penguatan pendidikan karakter terkait penanaman kaidah moralitas dalam diri para remaja. Pada dasarnya moral dan karakter merupakan pembelajaran yang membahas terkait aspek nilai dan perilaku seorang individu yang berkaitan dengan nilai keTuhanan, diri individu itu sendiri, masyarakat sekitar dan juga lingkungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk pemikiran, perkataan, perbuatan, sikap, dan perasaan yang didasarkan pada norma dan nilai yang berlaku.

Menurut S. Tatang (2012:79), terdapat tiga lingkungan yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang, yakni :

1)      Lingkungan Keluarga

Keluarga menjadi pondasi dan juga tempat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, maka dari itu peran keluarga dalam bidang pendidikan bagi anak tidak dapat tergantikan. Untuk itu, keluarga harus memiliki kemampuan dalam membantu anak-anak untuk memahami dan mengerti terkait posisi dan peran mereka, membantu untuk mematuhi segala norma sosial agar mampu berperilaku dengan baik.

2)      Sekolah

Berdasarkan arah dan juga kebijakan ada penegasan bahwa pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian segala visi pembangunan nasional. Perwujudan akan pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah menjadi fungsi utama dalam mengembangkan kemampuan dan juga pembentukan watak siswa serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut bisa dilakukan berupa tambahan pelajaran khusus pendidikan karakter dan juga bisa diwujudkan dalam ekstrakurikuler bertujuan sebagai pengembangan diri dan bisa dimasukkan dalam bahan ajar sebagai muatan lokal.

3)      Masyarakat

Lingkungan eksternal, masyarakat salah satunya bisa menjadi hal penting dalam mensukseskan pelaksanaan pendidikan karakter seseorang. Pelaksanaan pendidikan karakter apabila tidak didukung dari lingkungan keluarga dan masyarakat tentu akan menjadi sia-sia. Lingkungan yang baik akan berdampak pula bagi pembentukan karakter seseorang menjadi baik pula.

Dari semua penjelasan diatas, jika penguatan pendidikan karakter berhasil diaplikasikan dan diimplementasikan maka seorang siswa yang berkarakter akan menjadi pribadi yang berkualitas baik dalam sikap, perbuatan serta tutur kata, cerdas secara intelektual dan yang terpenting adalah menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun