Mohon tunggu...
Josephine Kristiana Rianti S
Josephine Kristiana Rianti S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 Manajemen di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penguatan Pendidikan Karakter Remaja dalam Mengatasi Degradasi Moral di Tengah Pandemi

4 Juni 2022   19:40 Diperbarui: 4 Juni 2022   20:28 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan segala kemajuan teknologi yang ada, tak jarang membuat para remaja semakin leluasa untuk mendapatkan segala informasi yang tersedia di internet. Hal tersebut bila dikaitkan dengan bidang pendidikan akan berdampak pada memudarnya rasa tanggung jawab remaja sebagai seorang murid, dengan dipermudahkannya segala akses dan juga informasi yang bisa didapat membuat remaja kerap kali tidak jujur dalam mengerjakan tugas maupun ujian, mengingat pandemi COVID-19 ini membuat semuanya serba online tanpa adanya pengawasan yang ketat bila dibandingkan dengan pembelajaran offline. Memudarnya sikap kejujuran juga dibarengi dengan rendahnya sikap disiplin para remaja.

5)      Kurang berpikiran jauh terhadap dampak yang akan dialami dalam jangka panjang terhadap sikap yang dilakukan saat muda.

Terkadang sikap remaja cenderung labil karena pada usia tersebut masih mencari dan berusaha menemukan jati diri serta tujuan hidup. Tidak jarang pula banyak remaja melakukan aksi tanpa berpikir terlebih dahulu, hal tersebut bisa terjadi karena dengan mudahnya mereka memikirkan dan melaksanakan sesuatu tanpa berpikir secara sehat dan dengan tujuan yang matang, sehingga akan menimbulkan kekecewaan dan penyesalan diakhir.

Degradasi moral pada bidang akademik telah berkembang, dilihat dari mulai lunturnya tata krama siswa dan juga kecurangan akademik yang berakibat pada lunturnya rasa tanggung jawab siswa yang berpotensi besar pada penurunan kualitas dan karakter siswa yang digadang-gadang sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa. Selain itu, dampak degradasi moral pada remaja bersifat menular kepada remaja lainnya karena kurangnya panutan yang ingin mereka contoh guna mampu membimbing mereka dalam pembentukan dan pematangan karakter dalam diri mereka. Selain itu, dampak degradasi moral lainnya yang disebabkan oleh media sosial dan terjadi pada para remaja yakni menjadi anti sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Antisosial adalah suatu sikap dan juga perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain maupun masyarakat secara umum di sekitarnya (Berger, 2003:302).

Menurut (Sunil Batra, 2013), saat ini keluarga dan juga institusi pendidikan menjadi poros utama dalam perkembangan identitas individu, akan tetapi dewasa ini kebebasan digital di masa pandemi tak jarang menyebabkan kekacauan identitas. Kekacauan identitas terjadi karena seusia para remaja saat ini yang mana dalam proses pencarian jati diri dan minat bertabrakan dengan dunia digital yang begitu bebas dan luas. Para remaja tidak mempunyai pegangan kendali karena penanaman karakter yang seharusnya didapat oleh mereka dari guru terkendala oleh jarak, tidak jarang agen sosialisasi primer yakni orang tua telah menaruh kepercayaan terhadap anak-anaknya dengan anggapan bahwa mereka sudah cukup dewasa tanpa harus dan perlu dibimbing serta diberikan edukasi nyata. Hal tersebut menyebabkan para remaja saat ini bisa memilih siapa role model yang ingin ia contoh dengan kebebasan yang tak jarang mengarah pada hal negatif.

Dihadapkannya dengan problematika degradasi moral yang berpotensi mengancam para generasi penerus bangsa, diperlukan untuk melakukan penguatan pendidikan karakter terkait penanaman kaidah moralitas dalam diri para remaja. Pada dasarnya moral dan karakter merupakan pembelajaran yang membahas terkait aspek nilai dan perilaku seorang individu yang berkaitan dengan nilai keTuhanan, diri individu itu sendiri, masyarakat sekitar dan juga lingkungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk pemikiran, perkataan, perbuatan, sikap, dan perasaan yang didasarkan pada norma dan nilai yang berlaku.

Menurut S. Tatang (2012:79), terdapat tiga lingkungan yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang, yakni :

1)      Lingkungan Keluarga

Keluarga menjadi pondasi dan juga tempat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, maka dari itu peran keluarga dalam bidang pendidikan bagi anak tidak dapat tergantikan. Untuk itu, keluarga harus memiliki kemampuan dalam membantu anak-anak untuk memahami dan mengerti terkait posisi dan peran mereka, membantu untuk mematuhi segala norma sosial agar mampu berperilaku dengan baik.

2)      Sekolah

Berdasarkan arah dan juga kebijakan ada penegasan bahwa pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian segala visi pembangunan nasional. Perwujudan akan pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah menjadi fungsi utama dalam mengembangkan kemampuan dan juga pembentukan watak siswa serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut bisa dilakukan berupa tambahan pelajaran khusus pendidikan karakter dan juga bisa diwujudkan dalam ekstrakurikuler bertujuan sebagai pengembangan diri dan bisa dimasukkan dalam bahan ajar sebagai muatan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun