Mohon tunggu...
Joseph Edwin
Joseph Edwin Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Melukis kita dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Romansa Lintas Rasa: Sambal Racikan Malang, Rasa Dewata, Cara Jerman

13 Oktober 2016   18:06 Diperbarui: 13 Oktober 2016   21:46 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal Lahar. Sumber: Sandy Dwiputra

Akan tetapi tidak semua pernah terpapar pengetahuan dan praktikum kuliner yang sama seperti Sandy. Pemuda 23 tahun ini mengantongi ilmu produksi food and beverage dari Swiss German University dan pengalaman berkarya di dapur bintang lima di Jerman.

Memasak sambal baginya adalah wadah untuk mempraktikkan etos masak-memasak dan mengasah insting kewirausahaan.

Sandy menjelaskan, “satu hal yang aku pelajari dari bekerja di Jerman adalah proses produksi makanan harus benar-benar steril! Kita tidak mau bakteri berkembang di makanan.”

Menurut dia kesadaran kebersihan masih minim di kalangan umum. Kekurangan ini mengakibatkan umur sambal yang terlampau pendek dan produk menjadi buruk untuk kesehatan.

Sandy (kanan) bersama chef de partie ketika berkarya di dapur negeri Jerman. Sumber: Arsip Sandy Dwiputra
Sandy (kanan) bersama chef de partie ketika berkarya di dapur negeri Jerman. Sumber: Arsip Sandy Dwiputra
“Banyak restoran memajang makanan matang di tempat terbuka selama berjam-jam. Lantas makanan berada di food danger zone atau di suhu antara 5 sampai 57 derajat Celsius dimana bakteri mulai berkembang.”

Padahal jika kesegaran dan kebersihan diutamakan, makanan akan tahan lebih lama dan rasa juga akan lebih prima.

Dengan pemasakan ala Eropa, bahan segar asli Malang dan inspirasi cita rasa pulau Dewata, Sandy beraspirasi membuat racikan sambal gurih, harum, membara dan sehat yang cocok dipasangkan dengan masakan dari seluruh Indonesia.

Pengalaman Kaya

Ayam goreng dan sambal lahar. Sumber: Sandy Dwiputra
Ayam goreng dan sambal lahar. Sumber: Sandy Dwiputra

Ada sepiring ayam goreng panas dengan nasi putih pulen. Harum masih beruap.

Sangat pandai sang koki menyajikannya. Potongan paha ayam keemasan dan garing membuat perut keroncongan padahal belum lama sarapan. Mulut yang menyambut segera menembus kulit renyah yang menyembunyikan daging lembut mudah tercerai di baliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun