Kondisi D: di pertigaan (bisa di dalam kompleks perumahan, bisa di jalan umum, bisa juga pintu keluar dari kompleks atau cluster)
Perlu selalu diingat, anda adalah raja di jalan, anda adalah pengguna jalan dan yang lain hanyalah pelengkap di jalan. Anda sudah beli mobil atau motor pakai uang anda sendiri (entah kalau koruptor), bayar pajak kendaraan bermotor, urus SIM juga dengan “dibantu”, pajak jalanan juga bayar, jadi anda punya hak penuh atas apapun mau anda.
Moral of the story: jika anda menguasai semua teknik mengemudi/mengendarai di atas, anda sudah lulus ujian untuk mengemudi atau berkendara di mana saja pelosok bumi ini.
Artikel ini bukan untuk pembelaan konvoi moge yang memang harus diakui, sering sekali para pengendara moge petentang-petenteng di jalan, kecepatan tinggi seakan jalan milik mereka sendiri, dengan segala atribut lampu seperti kendaraan dinas militer atau pejabat saja.
Kesimpulannya, tidak pengendara moge, tidak pengendara sepeda motor, semuanya adalah pelanggar lalulintas yang dilakukan secara penuh kesadaran dengan semua pembenarannya masing-masing. Tindakan “heroik” menghadang konvoi moge yang kemudian dielu-elukan masyarakat luas hanyalah cerminan bahwa “sang pahlawan” dianggap mewakili “kaum tertindas”, “kaum lemah”, “masyarakat luas”. Seperti Robin Hood yang dianggap “pahlawan” melawan ketidakadilan “miskin versus kaya” atau “lemah versus kuat”. Sementara yang mengelu-elukan mengalami amnesia serempak, bahwa mereka tidak kalah biadabnya di jalan raya.