Mohon tunggu...
Joseph Chen
Joseph Chen Mohon Tunggu... -

Kota Semarang adalah asalku, kerja di Jakarta. Menulis adalah salah satu hobby'ku. Sekarang ikut menggawangi Blog keroyokan yang bernama gloBAL communiTY nusantaRA... BALTYRA.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Konvoi Moge dan “Konvoi” Sepeda Motor, Apa Bedanya?

17 Agustus 2015   13:33 Diperbarui: 17 Agustus 2015   13:33 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putar gas motor anda lebih kencang, salip dari depan mobil dan potong untuk kembali ke jalur anda. Sekali lagi jangan takut, motor tak akan pernah salah. Kepiawaian anda memotong adalah tantangan tersendiri, jika anda tak tersenggol dan pengemudi mobil misuh-misuh, itulah letak kebanggaan akan kepiawaian anda.

 

Kondisi D: di pertigaan (bisa di dalam kompleks perumahan, bisa di jalan umum, bisa juga pintu keluar dari kompleks atau cluster)

Anda ingin berbelok ke kanan, langsung saja putar setir ke kanan, ambillah lintasan terpendek untuk mendukung gerakan penghematan bahan bakar, dibandingkan dengan lintasan warna merah yang jarak tempuhnya lebih panjang. 

Anda dari jalan besar, ingin berbelok ke kanan memasuki cluster anda, ambillah jarak tempuh terpendek. Tidak usah pedulikan mobil yang dari dalam, dia harus berhenti memberikan anda jalan. Kalau tidak mau berhenti, klaksonlah, nyalakan tanda lampu dim untuk minta jalan, bila perlu buka jendela dan makilah.

Perlu selalu diingat, anda adalah raja di jalan, anda adalah pengguna jalan dan yang lain hanyalah pelengkap di jalan. Anda sudah beli mobil atau motor pakai uang anda sendiri (entah kalau koruptor), bayar pajak kendaraan bermotor, urus SIM juga dengan “dibantu”, pajak jalanan juga bayar, jadi anda punya hak penuh atas apapun mau anda.

Moral of the story: jika anda menguasai semua teknik mengemudi/mengendarai di atas, anda sudah lulus ujian untuk mengemudi atau berkendara di mana saja pelosok bumi ini.

 

Artikel ini bukan untuk pembelaan konvoi moge yang memang harus diakui, sering sekali para pengendara moge petentang-petenteng di jalan, kecepatan tinggi seakan jalan milik mereka sendiri, dengan segala atribut lampu seperti kendaraan dinas militer atau pejabat saja.

Kesimpulannya, tidak pengendara moge, tidak pengendara sepeda motor, semuanya adalah pelanggar lalulintas yang dilakukan secara penuh kesadaran dengan semua pembenarannya masing-masing. Tindakan “heroik” menghadang konvoi moge yang kemudian dielu-elukan masyarakat luas hanyalah cerminan bahwa “sang pahlawan” dianggap mewakili “kaum tertindas”, “kaum lemah”, “masyarakat luas”. Seperti Robin Hood yang dianggap “pahlawan” melawan ketidakadilan “miskin versus kaya” atau “lemah versus kuat”. Sementara yang mengelu-elukan mengalami amnesia serempak, bahwa mereka tidak kalah biadabnya di jalan raya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun