Untukmu yang Selalu Demam kala HujanÂ
Senja itu langit AmbonÂ
memendam muram Di sudut-sudut temaram,Â
sebentar lagi malamÂ
Aku tak peduli pada basah yang membuat jari-jari ini keriput
Sesekali aku mengintip dibawah rinai pada senyummu yang lembut Aku menari,Â
melompat-lompat di atas rerumputanÂ
Kau melihatku dan tawamu pecah di atas ranjangÂ
Kulambaikan tangan ke arah kaca tembus pandangÂ
Menyapamu yang demam penuh harap kesembuhanÂ
Selimut itu tersibak dengan kaki-kakimu yang melangkah mendekatÂ
Lalu kau berhenti tepat di depan jendela Menghembuskan napas,Â
membuat embun di permukaannya "Tunggu aku sehat sampai aku bisa menahanmu di dalam rumah, Sayangku."Â
Aku mengeja satu kalimat yang hangat.Â
Aku berlari lalu menubrukmu di dalam kamarÂ
Sembunyikan tubuh kuyupku pada dekapan tangan-tangan kekarÂ
Teruslah bersama sampai maut datang menunaikan tugasnyaÂ
Inginku selamanya membalut hujan dalam tetes-tetes kenangan.
Maluku, 05-02-2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H