Lalu kau berhenti tepat di depan jendela Menghembuskan napas,Â
membuat embun di permukaannya "Tunggu aku sehat sampai aku bisa menahanmu di dalam rumah, Sayangku."Â
Aku mengeja satu kalimat yang hangat.Â
Aku berlari lalu menubrukmu di dalam kamarÂ
Sembunyikan tubuh kuyupku pada dekapan tangan-tangan kekarÂ
Teruslah bersama sampai maut datang menunaikan tugasnyaÂ
Inginku selamanya membalut hujan dalam tetes-tetes kenangan.
Maluku, 05-02-2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!