Keempat, sikap guru terhadap siswa tersebut, perlu memberikan kesempatan well being, bukan menjustifikasi, atau memberi hukuman. Yang perlu dilakukan guru adalah mencari tahu alasan dari apa yang mereka lakukan.
Kelima, bila menjumpai siswa demikian, guru tetap mendampingi siswa untuk mengerjakan  soal assesment agar tidak terjadi aktivitas contek dengan cara mencari jawaban di media online. Namun, yang saya lakukan adalah menemani siswa tersebut, dalam menjawab soal assesment, dan puji Tuhan, hasilnya luar biasa. Hal itu, saya peroleh ketika membaca jawaban mereka.
Keenam, guru selalu memposisikan diri sebagai orang yang sedang belajar, bukan mencari kesempatan untuk melakukan penilaian yang berintensi pada sikap interogasi. Sikap interogasi terhadap siswa, harus selektif, mawas diri serta terbuka. Artinya, guru perlu melakukan pendekatan edukatif untuk menemukan alasan-alasan kredibel dari siswa sebagai bentuk tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Dan guru dapat menyadari bahwa proses belajar yang ia alami berbeda dengan generasi saat ini. Bukan hanya itu, tetapi sikap-sikap praktis perlu didayagunakan untuk menciptakan well being dalam proses belajar siswa.
Nah, itulah beberapa ulasan saya tentang pengalaman yang saya alami di kelas 11 ketika melakukan  assesment formatif III.
Segala hal yang saya sharingkan ini, tidak terlepas dari kekuarangan. Maka, hal itu merupakan cara saya menyadari diri untuk terus belajar dan mengakui kekurangan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H