Mohon tunggu...
Jose
Jose Mohon Tunggu... Guru - Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak Boy

11 Februari 2024   22:54 Diperbarui: 11 Februari 2024   22:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang ada dibenak Anda ketika baru saja masuk kelas, murid Anda tertidur? Ada yang meletakan kepalanya di meja. Ada yang bersandar di dinding dan ada pula yang tergeletak di lantai, semuanya dalam kondisi tertutup mata, alias tertidur.

Situasi ini saya alami ketika saya memasuki ruang kelas untuk mengajar mata pelajaran sosiologi di sebuah sekolah. Saya sungguh memprihatinkan bahwa keadaan ini tidak hanya dialami oleh saya saja. Guru geografi, guru matematika, juga mengalaminya.

Sebagai guru sosiologi kelas 10, 11, saya memiliki tanggung jawab terhadap moral mereka terhadap semua guru yang ada di sekolah tersebut. Saya mencoba mencari tahu kepada teman-teman guru muda atas pengalaman yang saya alami. Kedua teman, guru matematika dan guru geografi menyampaikan hal yang sama. Ketika saya mendapatkan informasi tersebut, saya memulai memikirkan cara apa yang sekiranya bisa membantu mereka lebih menyadari bagaimana bersikap sopan, santun kepada Bapak Ibu guru di sekolah.  

Dugaan saya, ini pasti bukan karena mereka mengantuk. Tetapi mereka membohongi guru alias dikerjain. Dari pada saya banyak berpikir yang bukan-bukan terhadap murid tersebut, saya mencoba untuk berpikir postif terhadap kenyataan tersebut. Saya mencoba mengajak mereka sharing bersama.

 Selamat siag semuanya, saya mencoba memberikan sapaan kepada mereka dengan suara yang lantang. Ayo rek, bangun, bagun! Saya mencoba membangun kemistri bahasanya mereka. Pak boy memiliki cerita menarik. Apakah sudah siap mendengarkan? Ada yang masih mengantuk, silahkan cuci muka di washtafel? Satu per satu murid saya bangun. Saya pun mencoba mendekati mereka, mengelus punggung mereka agar mereka bisa bangun dari tidurnya. Ketika mereka semua sudah bangun, dan siap untuk medengarkan, saya menyampaikan kepada mereka bahwa hari ini tidak ada pemberian materi. Kita gunakan waktu hari ini untuk Ngopi (Ngobrol Pintar). Mereka pun merasa gembira, ada yang berseru “pak boy baik deh!”

Setelah saya mengkondisikan kelas tersebut, saya mencoba memulai percakapan. Saya bertanya kepada salah seorang murid, namnya Kevin (bukan nama sebenarnya): bagaimana kabar Kevin hari ini? Mengantuk, malas pak belajar sosiologi! Saya mencoba bertanya kepada salah satu temannya dengan pertanyaan yang sama, jawabnya mengantuk, capek pak! Saya tertegun dengan jawaban kedua murid tersebut. Saya mencoba menggali lebih dalam, sebenarnya apa yang mereka alami ini, apa penyebabnya. Apa yang membuat mereka kurang bersemangat hari ini? Apa tujuan akhir dari proses belajar mereka? Apa cara saya membantu mereka dalam mengatasi kondisi demikian?

Saya dan murid terlena dalam sharing pengalaman tersebut. Saya baru menyadari bahwa kurun waktu sharing yang kami habiskan sudah sudah tujuh puluh menit. Saya mencoba memetakan masalah yang mereka alami, pertama, murid mengalami kelelahan dalam belajar pada jam pelajaran sebelumnya. Kedua, murid merasa sulit memahami materi apabila cara mengajar serta sajian materi kurang menarik. Ketiga, motivasi belajar mereka turun akibat pikiran mereka terkuras banyak di pelajaran sebelumnya. Keempat, tidak ada jedah istirahat dalam melaksanakan proses belajar. Dari pemetaan tersebut, saya mencoba menyampaikan kepada murid. Saya bersikap terbuka terhadap mereka, menyampaikan kembali kebutuhan mereka.

Sebagian mereka merasakan hal tersebut. Dan sebagian dari mereka tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang mengapa mereka harus berada di sekolah, mengapa mereka harus belajar. Hanya sebagian kecil dari mereka memahami keberadan mereka. Ketika saya bertanya, untuk apa kalian belajar, mengapa kalian belajar sosiologi? Mengapa kalian mengalami kelelahan belajar? semua menggelengkan kepala, mereka merasa tidak tahu, mereka menuturkan tidak tahu pak sama guru si A, si B, dst.

Setelah mengumpulkan informasi sebagai fakta akurat dari murid, saya mencoba untuk berjedah sejenak, sembari meminta ijin kepada murid untuk keluar di teras kelas sejenak. Saya menemukan cara untuk membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Tujuan agar ketika mereka telah menemukan masalah dan mampu mencari cara, mereka menjadi murid yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bertanggung jawab terhadap proses belajarnya di sekolah, bertanggung jawab dalam menuntun ilmu di sekolah, bertanggung jawab terhadap kehadirannya bersama Bapak Ibu guru di lingkungan sekolah.  

Saya membantu mereka untuk menemukan daya juang serta cara mengolah proses belajar di kelas. Saya sebenarnya bukan guru ahli psikologi, tahu tentang cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan bekal ilmu yang memadai. Tetapi saya mencoba belajar memahami murid saat itu. Dengan kepercayaan serta sungguh-sungguh membantu murid membuat saya tetap semangat

Saya tidak menyerah. Saya mencoba mengingat media yang pernah saya gunakan di kala SMA. Saya menemukan media yaitu peper assessment. Saya mengajak masing-masing murid menulis tantangan, hambatan, peluang ketika mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Selain itu, saya minta tolong kepada murid untuk menuliskan cara belajarnya serta media belajar yang dinginkan. Saya segera membagikan kertas HVS F4 kepada murid. Saya mengajak murid untuk menuliskan secara bebas. Saya menyampaikan kepada mereka, apa yang kalian tulis tidak terpengaruh dengan penilaian sikap, serta penilaian kognitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun