Â
Sebuah Kisah Singkat tentang Atom
Â
Percayakah Anda bahwa sesuatu yang tidak terlihat justru bisa menjadi lebih menakutkan?
Â
Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom atom yang diberi nama "Little Boy" dijatuhkan di Hiroshima. Hanya tiga hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom atom lainnya, "Fat Man", kembali dijatuhkan di Nagasaki. Dampak dari kedua bom ini begitu dahsyat, menyebabkan kehancuran besar di Jepang. Akibatnya, pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat melalui pidato yang disiarkan lewat radio, menandai berakhirnya Perang Dunia II di Pasifik.
Â
Ledakan dahsyat dari bom-bom tersebut menewaskan puluhan ribu orang dalam sekejap. Mereka yang selamat pun harus menghadapi dampak radiasi yang sangat berbahaya, menyebabkan berbagai penyakit kronis dan penderitaan berkepanjangan. Peristiwa ini menjadi bukti bagaimana penemuan ilmiah, yang awalnya bertujuan memahami alam semesta, dapat digunakan sebagai senjata pemusnah massal yang mengerikan.
Â
Atom dan Kekuatan yang Tersembunyi
Â
Bom atom tidak mungkin tercipta tanpa pemahaman mendalam tentang atom dan sifatnya. Uranium (U), sebuah unsur radioaktif dengan nomor atom 92, menjadi bahan utama dalam pembuatan bom nuklir. Uranium merupakan logam berat yang memiliki sifat unik, yakni dapat mengalami reaksi fisi nuklir.
 Tetapi, apa sebenarnya atom itu? Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur kimia yang masih memiliki sifat unsur tersebut. Atom tidak dapat dilihat dengan mata telanjang maupun mikroskop cahaya biasa, melainkan hanya dapat diamati menggunakan mikroskop elektron yang menggunakan sinar-X dan elektron untuk menangkap citra atom. Meskipun ukurannya sangat kecil, atom memiliki energi yang luar biasa besar. Ketika inti atom mengalami pembelahan (fisi nuklir), energi yang dilepaskan mampu menciptakan ledakan dahsyat, sebagaimana yang terjadi pada bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.
Â
J. Robert Oppenheimer dan Proyek Manhattan
Â
Salah satu tokoh utama di balik penciptaan bom atom adalah Julius Robert Oppenheimer, seorang fisikawan jenius yang memimpin Proyek Manhattan---sebuah proyek rahasia yang dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Tujuan utama proyek ini adalah menciptakan senjata nuklir untuk mengakhiri perang.
Â
Inspirasi utama dalam pengembangan bom atom berasal dari teori relativitas Albert Einstein, yang menunjukkan bahwa sejumlah kecil massa dapat diubah menjadi energi dalam jumlah sangat besar (E = mc). Oppenheimer, bersama tim ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk para fisikawan dan ahli kimia Amerika Serikat, bekerja tanpa henti untuk mewujudkan teori ini dalam bentuk senjata nuklir yang nyata.
Â
Namun, sebelum Amerika Serikat berhasil menciptakan bom atom, Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler juga sempat mengembangkan penelitian mengenai uranium dan potensinya sebagai bahan bakar bom nuklir. Werner Heisenberg, seorang fisikawan ternama sekaligus mantan guru Oppenheimer, menjadi salah satu ilmuwan yang memimpin proyek nuklir Jerman. Namun, beberapa faktor seperti kurangnya dukungan Hitler terhadap penelitian ini, keterbatasan sumber daya alam, serta minimnya pendanaan, membuat Jerman gagal mencapai tujuannya.
Â
Pertanyaannya, bagaimana jadinya jika Jerman yang pertama kali berhasil menciptakan bom atom? Apakah sejarah dunia akan berbeda? Peristiwa ini tetap menjadi bahan diskusi para sejarawan dan ilmuwan hingga saat ini.
Â
Kisah tentang fisika kuantum, perang, dan kehancuran ini mengajarkan kita betapa besar dampak ilmu pengetahuan bagi peradaban manusia. Di satu sisi, kemajuan sains dapat membawa manfaat luar biasa, tetapi di sisi lain, ia juga dapat menjadi alat penghancur yang mengubah jalannya sejarah dalam sekejap.
Â
Sains mengungkapkan misteri yang ada di dunia dan sains juga yang akan menghancurkan dunia ini perlahan-lahan. Sains bukanlah penjahat melainkan manusia itu sendiri. Terciptanya bom atom memang mengakhiri perang dunia II tapi memunculkan persaingan dingin antar negara-negara maju.
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI