"Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. (Lukas 23 : 44-48).
Hari ini, umat Kristen diseluruh dunia memperingati kematian Yesus Kristus yang dikenal dengan hari Jumat Agung. Sesuai catatan Alkitab yang ditulis oleh Lukas, Yesus disalibkan dan mati pada hari Jumat kira-kira jam tiga sore hari.
Pada peringatan hari Jumat Agung, umat Kristiani datang ke gereja untuk beribadah dengan berpakaian hitam sebagai ungkapan duka karena kematian Yesus.
Di gereja HKBP Rajawali Sakti Pekanbaru tempat saya terdaftar sebagai jemaat, dilaksanakan empat kali jadwal ibadah mulai pukul 06.30 WIB, hingga terakhir pukul 17.00 WIB.
Tentu saja, karena masih dalam situasi pandemi covid-19, pengurus gereja menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk setiap jadwal ibadah.
Selain diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk gedung gereja, sebaris kursi yang biasanya diisi 6 orang hanya diperbolehkan untuk diduduki 3 orang saja untuk menjaga jarak antar jemaat. Sehingga keterisian bangku gereja hanya maksimum 50%.
Selain itu, di luar gedung gereja juga disediakan tenda dengan disusun kursi tambahan. Hal ini dilakukan agar keinginan jemaat yang besar untuk beribadah Jumat Agung dapat diakomodir oleh gereja namun tetap menerapkan prosedur jaga jarak selama ibadah.
Seperti pelaksanaan ibadah Jumat Agung tahun-tahun sebelumnya, gereja selalu mengadakan acara perjamuan kudus. Acara ini ditandai dengan makan roti dan minum anggur sebagai bentuk persekutuan jemaat dengan pengorbanan dan penderitaan Yesus yang disalibkan.
Sekali lagi, tentu saja acara perjamuan kudus wajib dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan surat penggembalaan Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butarbutar. Gereja menggunakan gelas sloki personal tertutup dan pendeta pelayan perjamuan kudus tetap menggunakan masker dan memakai sarung tangan saat melayani. Jemaat yang menerima perjamuan kudus pun diatur sedemikian rupa agar tetap jaga jarak.