Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Pukul Panci" Kudeta Partai Demokrat

3 Februari 2021   15:02 Diperbarui: 3 Februari 2021   15:05 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik jika mengaitkan isu kudeta Partai Demodrat dengan kudeta militer yang terjadi di Myanmar. Pada selasa (2/2/2021) lalupuluhan orang di Yangon, Myanmar, serentak "pukul panci" sebagai bentuk aksi perlawanan publik memprotes kudeta yang dipimpin militer negara itu sehari sebelumnya.

Meski awalnya aksi ini hanya direncanakan berlangsung beberapa menit, namun kemudian diperpanjang menjadi lebih dari 15 menit. Warga Yangon berteriak dan berseru agar pemimpin yang ditahan, Aung San Suu Kyi, dalam keadaan sehat dan segera dibebaskan.

Ketika mendengar berita ini dari kompas.tv, saya lantas teringat kejadian waktu kecil dulu. Di tempat kelahiran saya, ada tradisi "pukul panci" saat terjadi gerhana bulan sebagai bentuk kepercayaan masyarakat untuk mengusir setan yang dipercaya memakan bulan.

Sepertinya aksi "Pukul Panci" juga menjadi budaya dalam masyarakat Myanmar seperti budaya di kampung kami ketika mengusir setan. Tindakan kudeta yang terjadi di Myanmar dianggap sesuatu yang tidak baik dan ditunjukkan dengan "Pukul Panci".

Terkait dengan isu kudeta yang terjadi di Partai Demokrat, AHY seolah sedang "Pukul Panci" mengusir "setan" yang seolah ingin mengambil alih "rumah"-nya. Masalahnya, siapa yang dianggap "setan" ini akan menjadi sumber petaka, karena melibatkan nama-nama besar termasuk "Pak Lurah".

Entahlah, menurut saya AHY terlalu berani dan gegopoh dalam hal ini. Bisa jadi 'kegaduhan' yang dibuatnya justru akan 'memukul' dirinya, SBY sebagai tokoh besar di Partai Demokrat dan bukan tidak mungkin Partai Demokrat itu sendiri.

Menariknya, "pukul panci" justru tak terdengar dari kader-kader Partai Demokrat di daerah sebagai bentuk protes dan ketaksetujuan terhadap isu kudeta yang dikuatirkan. Seperti yang terjadi di Myanmar, bukankah seharusnya "Pukul Panci" justru jadi aksi serempak para kader sebagai bentuk protes atas apa yang terjadi?

Namun hingga kini belum terdengar tanggapan langsung dari SBY terkait isu kudeta ini. Yang jelas "panci" sudah "dipukul", mau tidak mau AHY dan Partai Demokrat harus bisa menuntaskan kasus ini yang terlanjur jadi isu nasional, termasuk sejumlah polemik internal yang mencuat.

Jika AHY mampu menyelesaikan polemik ini dengan baik, ia akan mampu membuktikan diri memang telah siap memimpin Partai Demokrat menuju kegemilangan yang pernah diraih partai ini di era-era sebelumnya.

Terlepas dari itu semua, sebagai warga negara, justru saya malah menyayangkan isu kudeta ini yang dibesar-besarkan hingga menjadi isu nasional. Saya justru kuatir masalah ini akan turut menyita perhatian seantero negeri dengan Pandemi Covid-19 yang masih menguatirkan hingga hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun