Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Asesmen Nasional dan Profil Pelajar Pancasila, Sebuah Reformasi Pendidikan Abad 21

1 Februari 2021   23:11 Diperbarui: 2 Februari 2021   16:17 3180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pelajar yang bertakwa menurut saya tidak sekedar menunjukkan ketaatan dan kepatuhan menjalankan ritualitas kegiatan agama secara ketat, tetapi lebih dari itu menunjukkan kualitas dan teladan hidup yang saleh, tidak melenceng dari kehidupan yang seharusnya.

Sedangkan frase "berakhlak mulia" didefinisikan sebagai memiliki budi pekerti dan kelakuan yang mulia, terhormat, bermutu tinggi dan berharga. Jika ketakwaan terkait langsung bagaimana penilaian Tuhan secara langsung kepada umatNya, maka "berakhlak" terkait penilaian dari sesama manusia.

Hal ini menjadi sesuatu yang menarik, bahwa ternyata beriman dan beragama tidak hanya soal bagaimana hubungan kita dengan Tuhan (hal ini memang yang utama), tetapi hal lain yang tak dapat diabaikan tetapi justru menjadi cerminan dari yang utama itu adalah bagaimana orang-orang di sekitar kita menilai hidup kita.

Tentu saja ini tidak boleh dibalikkan, yaitu mengutamakan penilaian manusia baru kemudian mencari penilaian dari Tuhan. Tetapi jika kita merasa sudah sangat baik di hadapan Tuhan tetapi jadi batu sandungan bagi sesama, dalam hal ini kita perlu mengevaluasia kualitas keimanan kita.

Termasuk juga akhlak mulia kepada alam dan kepada negara. Bagaimana mungkin seseorang bisa cukup yakin telah dipandang mulia oleh Tuhan, jika sikapnya pada ciptaan lainnya termasuk alam tidak mencerminkan Tuhan yang memelihara alam ciptaanNya.

Termasuk kepada negara, karena tentu saja bukan secara kebetulan seseorang terlahir sebagai warga suatu negara, pasti ada rencana Tuhan baginya untuk berkontribusi secara positif bagi negeri tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.

#2 Berkebinekaan Global

Pelajar Indonesia yang Berkebinekaan Global tidak hanya mengupayakan dan mempertahankan budaya Indonesia yang luhur, tetapi juga mengakui sebagai identitasnya sebagai suatu bangsa. Karakter ini sangat penting mengingat tanah air kita terdiri dari beragam agama, suku, ras dan budaya yang jika tidak disikapi dengan baik dapat memicu konflik yang memecah belah.

Namun, mencintai budaya sendiri tidak lantas menjadikan pelajar Indonesia tertutup dengan dunia luar. Penambahan kata "global" pada "berkebinekaan" berarti bahwa pelajar Indonesia tetap berpikiran terbuka dala berinteraksi dengan budaya lain dan tetap mengedepankan rasa saling menghargai bahkan terbuka dengan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah ada.

Pelajar yang Berkebinekaan Global tentu saja harus lebih dulu mengenal dan menghargai budaya luhur bangsa, baru kemudian mengenal budaya lainnya. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan berkomunikasi interkultural yang baik, sesuai dengan salah satu tuntutan kecakapan abad 21 yaitu berkomunikasi.

#3 Gotong Royong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun