Setahun yang lalu, ketika masyarakat baru saja usai merayakan hari pergantian tahun 2019 menuju tahun baru 2021, tiba-tiba banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya.
Curah hujan ekstrem yang disebut-sebut tertinggi sejak 154 tahun belakangan, yang terjadi pada 1 Januari 2020 di sekitar Jakarta, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), disebut-sebut sebagai pemicu tenggelamnya Jakarta dan kota-kota penyangga sekitarnya.
Tak kurang dari 50 jiwa dilaporkan menjadi korban akibat banjir besar di awal tahun 2020 itu. Lebih dari 170 ribu orang terpaksa mengungsi akibat rumah mereka tersapu air bah.
Pagi itu (1/1/2020), hampir semua stasiun TV dan kanal berita online melaporkan kejadian tak terduga tersebut. Tak terkecuali media sosial pun berseliweran update berita seputar banjir. Termasuk WAG yang turut dibanjiri gambar dan video terkait musibah awal tahun itu.
Masih teringat jelas, bagaimana sebuah video yang beredar di WAG menggambarkan dahsyatnya air bah yang menyapu Jakarta dan sekitarnya. Bahkan sebuah video menggambarkan bagaimana kekuatan arus bajir mampu menghanyutkan banyak mobil.
Ketika mendengar berita seputar banjir itu, orangtua kami yang tinggal di Pondok Gede pun menyampaikan informasi bahwa salah satu mobil yang biasa digunakan bapak turut terendam banjir.
Mobil itu biasanya dititipkan di area parkir gereja HKBP Pondok Gede. Namun kejadian banjir awal tahun 2020 itu memang tidak pernah diduga sebelumnya. Alhasil, mobil tersebut mengalami konsleting listrik dan harus bongkar mesin karena tidak menyala sama sekali.
Bersyukur banjir tidak masuk ke dalam rumah. Tak terbayang lagi, seberapa besar kerugian yang harus dialami jika air sampai masuk ke dalam rumah, bahkan hingga membahayakan penghuni rumah.
Awal tahun 2021 ini, kita kembali harus dibuat harap-harap cemas. Tulisan kompas.com (25/12/2020) mengingatkan agar masyarakat perlu mewaspadai potensi banjir di tahun 2021. BMKG mengatakan soal potensi banjir yang mengintai, mengingat peristiwa banjir bandang yang terjadi di sejumlah wilayah, terutama DKI Jakarta.
Kepala BMKG lebih lanjut mengatakan, curah hujan bulan Januari hingga Maret 2021 diperkirakan berkisar antara 200-500 mm per bulan, atau cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2020.
Bahkan, untuk beberapa wilayah di sebagian Sulawesi Tenggara, Papua Barat, dan Papua diprakirakan mendapatkan curah hujan bulanan lebih dari 500 mm per bulan.
Sementara beberapa daerah seperti di bagian utara pulau sumatera, Bali, Nusa Tenggara, beberapa daerah di kalimantan dan sebagai besar daerah di pulau jawa dan sulawesi, diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan 40 persen hingga 80 persen lebih tinggi dari curah hujan di tahun 2020.
Peningkatan curah hujan tersebut berpotensi meningkatkan peluang banjir di Indonesia pada bulan Januari - Maret 2021. Selain Jakarta, khususnya di beberapa daerah seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua patut mewapadai terjadinya banjir 2021.
Berkaca dari kerugian kendaraan yang terendam banjir tahun 2020 lalu, pelajaran apa yang bisa diambil? Setidaknya, kerugian yang kami alami tahun lalu tidak turut dirasakan banyak orang kemudian.
Lalu saat kendaraan kita, baik mobil atau sepeda motor harus nahas terendam banjir, apa yang bisa kita lakukan?
Pertama, saat kendaraan terndam banjir, penanganan pertama yang harus dilakukan adalah memutus arus kelistrikan seperti kabel. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya korsleting pada kendaraan seperti yang kami alami pada cerita di atas.
Kemudian, segera selamatkan mesin kendaraan dengan cara memindahkannya ke tempat yang bebas air atau saat air mulai surut. Namun yang perlu diingat, saat memindahkan kendaraan dalam kondisi tidak dinyalakan.
Kedua, hindari untuk langsung menyalakan mesin kendaraan. Langsung menyalakan kendaraan yang baru terendam banjir dikuatirkan akan menimbulkan hubungan arus pendek pada sistem kelistrikan pada mesin.
Jika kendaraan dalam keadaan basah seperti terendam banjir, air diperkirakan telah masuk ke sistem mesin. Termasuk terkena baterai dan komponen listrik yang ada pada kendaraan.
Sebaiknya, tunggu dulu kendaraan yang terendam banjir sampai mengering secara alami. Jika dirasa sudah kering, cobalah menghidupkan mesin kendaraan namun tidak dengan cara dipaksa menyala.
Ketiga, segeralah membawa kendaraan ke bengkel terpercaya. Biasanya teknisi bengkel akan memeriksa komponen kelistrikan seperti busi, baterai juga karburator.
Kemungkinan besar, saat kendaraan terendam banjir, maka air akan masuk ke bak mesin. Karena itu, disarankan untuk mengganti oli karena diperkirakan oli yang ada telah bercampur air.
Kemungkinan, teknisi kendaraan akan melakukan penggantian oli sampai beberapa kali tergantung kondisi bak mesin. Karena itu, jangan merasa rugi karena harus melakukan penggantian oli beberapa kali, demi meminimalisir kerusakan pada mesin kendaraan.
Di atas semuanya itu, tentu saja kita tidak pernah berharap banjir akan benar-benar datang. Karena itu, sesuai dengan potensi kemungkinan banjir yang bisa terjadi, adalah jauh lebih baik jika mawas diri, termasuk mengamankan kendaraan dari kemungkinan resiko terendam sebelum banjir melanda.
Namun, bak kata pepatah, "untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak". Â Semoga beberapa saran diatas bisa meminimalisir kerugian yang mungkin kita alami karena kendaraan yang terendam banjir.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H