Hanya dalam hitungan beberapa hari lagi, kita akan mengakhiri tahun 2020 dan memasuki tahun baru 2021. Harus diakui, ternyata sebagian dari kita cukup tegang melewati hari demi hari sepanjang tahun ini. Tak terkecuali saya.
Sejak kasus pertama orang Indonesia yang terinfeksi virus corona diumumkan oleh Pemerintah pada awal Maret lalu, tiba-tiba hidup kita berubah. Resolusi tahun 2020 yang telah direncanakan semula, tiba-tiba buyar tak terlaksana sama sekali.
Setelah dipikir-pikir, saking kuatirnya akan turut terinfeksi covid-19, saya dan keluarga ternyata kelewat tegang. Meski patut disyukuri bahwa kami tetap sehat hingga kini, namun sejumlah ketegangan yang dialami ternyata kini dirasa unik jadi bahan lelucon untuk menertawakan diri sendiri di akhir tahun ini sambil turut meramaikan postingan "Indonesia butuh ketawa".
#1 Mendadak Punya Jadwal Berjemur di Panas Matahari Pagi
Pemberitaan soal covid-19 ternyata jauh lebih cepat dari penularan virus itu sendiri. Masih teringat jelas saat itu di awal, di awal bulan maret, WhatsApp Grup tiba-tiba dibanjiri dengan informasi soal berbagai cara agar terhindar dari penularan virus corona. Salah satunya dengan rutin berjemur di bawah matahari pagi.
Saya dan keluarga pun tiba-tiba jadi rajin keluar rumah sekitar pukul 9-10 pagi sambil menggerakkan badan di bawah panasnya sinar matahari. Padahal, waktu itu belum ada kasus covid-19 yang terjadi di kota Pekanbaru. Kami pun kerap jadi tontonan orang-orang yang melintas dari fasum perumahan tempat kami berjemur pagi.
Lucunya lagi, sekarang saat kasus covid-19 sedang tinggi-tingginya di Pekanbaru, kami justru sangat jarang lagi melakukan hal itu. Sekarang baru tersadar, ternyata saya dan keluarga terlewat tegang sehingga informasi yang seliweran di medsos langsung dipraktikkan dengan fanatik.
#2 Tertipu Belanja Masker Online
Saat kasus covid-19 mulai makin banyak terjadi, tiba-tiba persediaan masker medis di apotik ludes, hanya tersedia masker tipe N-95 dengan harga selangit. Namun saking kuatirnya keluar rumah tanpa masker, merogoh kantong dalam-dalam pun dilakukan untuk membeli beberapa masker N-95 yang dijual secara terbatas.
Saya dan keluarga sempat hampir sebulan rutin menggunakan masker N-95 saat keluar rumah. Sampai akhirnya, kantong mulai berpikir logis, terlalu besar budget yang telah kami keluarkan untuk mendapatkan masker untuk keperluan sehari-hari.
Kami pun mulai melirik sejumlah aplikasi belanja online. Masker medis yang dalam kondisi normal ditawarkan dengan harga sekitar 50 ribu per kotak, tiba-tiba diharga 3 kali lipat dari harga biasanya. Namun karena ingin menerapkan himbauan pemerintah untuk menggunakan masker saat keluar rumah, isteri saya segera memesan beberapa kotak masker yang katanya dikirim dari Jakarta.
Sialnya, masker yang dipesan tak kunjung datang. Syukurnya, uang yang telah ditransfer melalui beberapa aplikasi belanja online terpercaya, kemudian dikembalikan ke rekening. Namun, ada satu transaksi dari toko online di Instagram yang jumlahnya sekitar setengah juta, tak pernah kembali hingga kini.
Setelah ditelusuri lebih lanjut melalui internet, ternyata sudah ada sejumlah laporan terkait penipuan modus demikian. Setelah semua terjadi, barulah terpikir untuk lebih hati-hati berbelanja online di luar aplikasi belanja online yang kredibel.
#3 Penerapan Prokes Super Ketat
Selain masker yang tak pernah dilepas, di awal-awal mulai mewabahnya covid-19, kami tak pernah ketinggalan menggunakan face shield atau minimal kacamata saat keluar rumah. Meski terasa sangat tidak nyaman, khususnya bagi saya yang sehari-hari menggunakan kacamata minus, namun itu membuat perasaan sedikit merasa aman.
Tak lupa pula kantong yang selalu terisi hand sanitizer dan tas kecil berisi disinfektan spray. Setiap kali akan memegang sesuatu di luar rumah, saya mewajibkan diri menyemprotkan lebih dulu dengan disinfektan. Usai memegang sesuatu, segera membersihkan tangan menggunakan gel hand sanitizer.
Saking berusaha untuk disiplinnya, terkadang tangan terasa panas. Beberapa kali mencoba untuk sedikit longgar, akan jadi sumber cekcok dengan istri ketika ia melihat saya abai dalam semprot sana semprot sini. Selama pandemi covid-19 ini, istri saya seperti beralih profesi jadi 'polisi pengawas', yang siap meniupkan pluit jika ada yang tidak taat prokes super ketat, hahaha ....
Selama pandemi covid-19 ini, kami pun benar-benar taat untuk di rumah saja, selain kerena pekerjaan atau membeli kebutuhan sehari-hari. Tak ada lagi rutinitas nge-mall, makan di luar atau nonton di bioskop yang hampir setiap malam minggu kami lakukan. Pokoknya, super ketat untuk tetap mengurung diri di rumah saja.
Sesekali saat melintasi jalan dan melihat mall serta tempat keramaian dipadati oleh orang-orang, dari dalam mobil kami bergumam, "Apa cuma kita ya yang ketakutan dengan virus corona? Rasanya orang-orang koq santai saja?".
#4 Jaringan Internet Buruk, Sering Hilang-hilang Timbul Saat Meeting Online
Sejak awal bulan Mei, saya lebih banyak work form home, mengajar online dari rumah. Pernah beberapa kali, jaringan internet sedang tidak stabil, saat sedang mengajar dengan menggunakan Zoom, tiba-tiba saya 'terlempar' keluar dari room.
Meski berhasil masuk kembali ke room meeting dan menuntaskan penyampaian materi ajar, namun malu juga dengan siswa-siswa saya karena hal itu. Saking penasaran dengan respon siswa-siswa, saya kemudian memutar ulang hasil rekaman zoom meeting.
Ternyata, perihal saya yang bolak-balik terlempar dari room meeting akibat jaringan internet yang buruk, jadi bahan lelucon siswa-siswa saat saya leave room. "Bapaknya left room woy, mungkin kehabisan paket internet, hahaha ...", guyon mereka kompak.
Kejadian serupa juga beberapa kali saya alami saat menjadi pembicara di webinar. Saat sedang semangat-semangatnya menyampaikan materi melalui screen share, tiba-tiba saya leave room. Duh, malu banget rasanya ketika harus join ulang dan menyampaikan maaf kepada peserta webinar yang ada.
#5 Tak Ada Liburan Sepanjang Tahun 2020
Ketika akan memasuki akhir tahun 2020, baru sadar, ternyata saya dan keluarga tidak ada liburan sama sekali, kecuali bersepeda bersama dan nonton layangan. Jangankan pergi berlibur, keluar kota pun tak pernah sama sekali hingga hari ini.
Saking betahnya di rumah saja, salah satu mobil sempat mogok karena tak pernah beranjak dari tempatnya diparkirkan. Selama ini, kami memang selalu menggunakan satu mobil saja untuk kebutuhan keluar rumah, sementara mobil yang satunya lupa untuk sekedar dipanaskan.
Padahal, di awal tahun 2020, kami sempat menyusun sejumlah rencana untuk liburan keluarga keluar kota. Ternyata, pandemi covid-19 bisa menahan keinginan kami untuk berlibur keluar kota, yang biasanya selalu kami lakukan setiap tahun.
Bersyukur, meski tak ada liburan, budget yang telah disiapkan tak jadi dialokasikan. Dana yang ada akhirnya bisa kami manfaatkan untuk renovasi rumah yang masih berjalan hingga saat ini.
Paling tidak kami jadi punya aktivitas baru, mengawasi pekerjaan tukang yang sedang merenovasi rumah layaknya mandor proyek-proyek bangunan. Pengalaman baru pengganti liburan yang gagal total terlaksana karena pandemi covid-19.
Setelah renovasi rumah selesai, setidaknya kami akan punya suasana rumah yang baru. Dan disibukkan kembali dengan hiburan baru menata rumah yang baru sebagai pengganti liburan keluarga akhir tahun yang tak terlaksana.
Selalu ada hikmah di balik kesulitan yang terjadi. Paling tidak menyadarkan bahwa "Indonesia butuh ketawa" dan jadi kenangan unik untuk sekedar menertawakan diri sendiri yang kelewat tegang akibat pandemi covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020.
Semoga pandemi covid-19 segera berakhir di Indonesia dan seluruh dunia, sehingga kita bisa hidup normal kembali seperti sedia kala. Amin.
Pekanbaru, 26 Desember 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H