Kami pun mulai melirik sejumlah aplikasi belanja online. Masker medis yang dalam kondisi normal ditawarkan dengan harga sekitar 50 ribu per kotak, tiba-tiba diharga 3 kali lipat dari harga biasanya. Namun karena ingin menerapkan himbauan pemerintah untuk menggunakan masker saat keluar rumah, isteri saya segera memesan beberapa kotak masker yang katanya dikirim dari Jakarta.
Sialnya, masker yang dipesan tak kunjung datang. Syukurnya, uang yang telah ditransfer melalui beberapa aplikasi belanja online terpercaya, kemudian dikembalikan ke rekening. Namun, ada satu transaksi dari toko online di Instagram yang jumlahnya sekitar setengah juta, tak pernah kembali hingga kini.
Setelah ditelusuri lebih lanjut melalui internet, ternyata sudah ada sejumlah laporan terkait penipuan modus demikian. Setelah semua terjadi, barulah terpikir untuk lebih hati-hati berbelanja online di luar aplikasi belanja online yang kredibel.
#3 Penerapan Prokes Super Ketat
Selain masker yang tak pernah dilepas, di awal-awal mulai mewabahnya covid-19, kami tak pernah ketinggalan menggunakan face shield atau minimal kacamata saat keluar rumah. Meski terasa sangat tidak nyaman, khususnya bagi saya yang sehari-hari menggunakan kacamata minus, namun itu membuat perasaan sedikit merasa aman.
Tak lupa pula kantong yang selalu terisi hand sanitizer dan tas kecil berisi disinfektan spray. Setiap kali akan memegang sesuatu di luar rumah, saya mewajibkan diri menyemprotkan lebih dulu dengan disinfektan. Usai memegang sesuatu, segera membersihkan tangan menggunakan gel hand sanitizer.
Saking berusaha untuk disiplinnya, terkadang tangan terasa panas. Beberapa kali mencoba untuk sedikit longgar, akan jadi sumber cekcok dengan istri ketika ia melihat saya abai dalam semprot sana semprot sini. Selama pandemi covid-19 ini, istri saya seperti beralih profesi jadi 'polisi pengawas', yang siap meniupkan pluit jika ada yang tidak taat prokes super ketat, hahaha ....
Selama pandemi covid-19 ini, kami pun benar-benar taat untuk di rumah saja, selain kerena pekerjaan atau membeli kebutuhan sehari-hari. Tak ada lagi rutinitas nge-mall, makan di luar atau nonton di bioskop yang hampir setiap malam minggu kami lakukan. Pokoknya, super ketat untuk tetap mengurung diri di rumah saja.
Sesekali saat melintasi jalan dan melihat mall serta tempat keramaian dipadati oleh orang-orang, dari dalam mobil kami bergumam, "Apa cuma kita ya yang ketakutan dengan virus corona? Rasanya orang-orang koq santai saja?".
#4 Jaringan Internet Buruk, Sering Hilang-hilang Timbul Saat Meeting Online
Sejak awal bulan Mei, saya lebih banyak work form home, mengajar online dari rumah. Pernah beberapa kali, jaringan internet sedang tidak stabil, saat sedang mengajar dengan menggunakan Zoom, tiba-tiba saya 'terlempar' keluar dari room.