Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Fase Penting Perjuangan Istri Menjadi Sekolah Pertama bagi Buah Hati Kami

5 Desember 2020   11:01 Diperbarui: 5 Desember 2020   11:16 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah anak kami lahir, istri saya komitmen untuk memberikan ASI Eksklusif penuh dua tahun lamanya. Keingingan itu pun sungguh-sungguh ia lakukan dan memang berhasil.

Ia kerap minum susu suplemen serta makan makanan yang banyak direkomendasi untuk memperlancar produksi ASI. Menu makanan seperti daun katuk, daun bangun-bangun dan beberapa daun hijau lainnya kerap menjadi lauk makan sehari-hari. Disamping protein dan rutin mengonsumsi kacang-kacangan dan buah-buahan segar.

Ia terlihat sangat menikmati waktu-waktu memberikan ASI pada bayi kami. Sembari menyusui, ia juga sering berbicara pada si kecil yang seolah mendengar dan mengerti setiap ucapan yang disampaikan oleh ibunya.

Istri saya memang senang bercerita. Termasuk bercerita berdua bersama si kecil yang baru lahir. Kebiasaan itu terus ia lakukan selama masa menyusui hingga sekarang. Dan dampaknya cukup besar. Dari kebiasaan bercerita itu, anak kami memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Saat melewati masa dua tahun ASI, anak perempuan kami itu sudah lancar bercuap-cuap. Kami sudah bisa berkomunikasi dengan si kecil meski dengan kalimat-kalimat pendek namun sudah dapat kami mengerti dengan baik.

Dalam 5 tahun pertama pertumbuhannya, ia telah tumbuh menjadi balita yang sehat dan bijak berkata-kata. Kebiasaan istri dan saya membelikan buku cerita dan membacakannya, membuat ketertarikannya dengan baca tulis bertumbuh dan kemampuan berkomunikasinya sangat baik.

Kemampuan numeriknya juga terlihat menonjol dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Di usia 3-4 tahun, ia telah bisa berhitung, dan memasuki usia lima tahun ia telah mampu mengenal huruf dan angka.

Tidak hanya itu, ia juga menunjukkan sikap manis dengan sering memberikan bantuan-bantuan kecil pada kami orangtuanya. Saat terlihat sibuk bekerja seharian di depan komputer, ia kerap memberikan segelas air minum pada saya. Saat saya terlihat kelelahan saat akan tidur malam, ia dengan senang memberikan pijatan kecil di kaki dan punggung ayahnya.

Kami pun kemudian memutuskan untuk menyekolahkan anak kami di TK saat usianya 4 tahun 11 bulan. Kepala Sekolah yang kami temui mengonfirmasi bahwa anak kami telah siap masuk TK saat itu.

Saya bersyukur anak kami tumbuh tidak hanya sehat dan cerdas, tetapi juga dengan karakter yang baik. Saya yakin, itu semua tidak terlepas dari peran Istri saya yang berhasil menjadi sekolah pertama dan utama bagi buah hati kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun