Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebangkitan Lumpur Lapindo dan Pemulihan Ekonomi Indonesia

30 November 2020   11:38 Diperbarui: 30 November 2020   14:34 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat "lumpur lapindo"? Yaps, Lumpur Sidoarjo atau "Lusi", peristiwa banjir lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas di Porong Kabupaten Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei 2006.

Semburan lumpur panas yang terjadi selama beberapa bulan itu telah menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan industri di tiga kecamatan di Sidoarjo dan memberikan dampak negatif pada situasi ekonomi khususnya di Jawa Timur.

Tidak begitu jelas, apa yang menyebabkan kejadian fenomenal ini. Dalam konferensi International yang dilaksanakan di Afrika Selatan pada Oktober 2008, para ahli geologi seluruh dunia setidaknya memberikan 3 pandangan yang diduga menjadi penyebab kejadian ini.

Pertama, kemungkinan peristiwa luapan lumpur lapindo itu disebabkan oleh gempa Bantul yang terjadi pada 2006. Namun, pernyataan ini hanya didukung oleh 3 orang ahli geologi asal Indonesia.

Kedua, sebagaian besar ahli menuding kesalahan-kesalahan teknis dalam proses pengeboran sumur lah yang menjadi penyebabnya. Asumsi ketiga menyatakan, perpaduan antara gempa dan pengeboran lah yang menjadi penyebab meluapnya lumpur panas dari perut bumi.

Apa pun itu, biar lah para ahli yang menentukan, dan kita tidak sedang membahas polemik mengapa lumpur lapindo bisa terjadi. Tulisan ini ingin mengulas kebangkitan saham-saham milik empunya Lapindo, Bakrie Group.

Siapa yang tak kenal Grup Bakrie. Tahun 2007, kelompok usaha ini sempat disebut-sebut jadi pengendali di Bursa Efek Indonesia (BEI) ketika kejayaan bisnis batubara mengalami kejayaan dan melambungkan saham-saham Grup Bakrie di pasar modal.

Sang Founder, Aburizal Bakrie bahkan sempat dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Sentimen positif saham Grup Bakrie mengantarkan sejumlah perusahaan Bakrie Group masuk dalam LQ45.

Namun perlahan, saat harga komoditas batubara anjlok dan terjadi krisis ekonomo secara global, kinerja perusahaan Grup Bakrie perlahan mulai redup. Besarnya kapitalisasi pasar dan anjloknya harga saham Grup Bakrie ikut menyeret IHSG jatuh.

Hingga akhir Oktober lalu, sejumlah saham Grup Bakrie bahkan nyungsep bertahan di level harga terendah, Rp50 per lembar saham. Saham-saham Bakrie Group dihargai gocap.

Namun mulai awal November lalu, seolah bosan telah lama tertidur pulas, saham-saham Grup Bakrie terlihat mulai bangkit. Paling tidak ini terlihat dari 2 emiten saham Grup Bakrie yaitu Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan Bumi Resources TBK (BUMI).

Awal November, ENRG mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Bergerak dari kisaran harga 50 - 51, pekan lalu ENRG ditutup dengan harga Rp81 per lembar saham, mengalami kenaikan 62% tidak sampai sebulan. Kenaikan fantastis yang dapat memberikan cuan besar bagi investor yang jeli.

Pada sesi pertama perdagangan hari ini (30/11/2020), ENRG bahkan mencapai harga tertinggi di level Rp96 per lembar saham. Artinya, jika pada Oktober lalu investor saham sempat melirik ENRG di harga Rp51, maka hari ini akan mampu meraup keuntungan lebih 88%.

BUMI memang bergerak sedikit lambat dibandingkan saudaranya ENRG. Hingga 20 November lalu, harga saham BUMI masih dibandrol gocap per lembar saham. Namun mulai pekan lalu, BUMI turut terbangun seiring dengan kebangkitan ENRG.

Pada perdagangan hari pertama pekan lalu, BUMI ditutup naik 6% di level Rp53 per lembar saham. Dan pada penutupan hari jumat lalu (27/11/2020), BUMI telah berada di harga Rp71 per lembar saham, atau mengalami kenaikan 42%.

Sempat menyentuh harga tertinggi di level Rp80 sebelum penutupan perdagangan pekan lalu, hari ini BUMI kembali di buka di harga Rp71 per lembar saham. Sebelum penutupan sesi pertama hari ini, BUMI sempat menyentuh angka tertinggi di Rp73 per lembar saham.

Berapa analis pasar modal, menyebutkan kecenderungan IHSG yang terus meroket selama pekan lalu, menunjukkan sentimen positif pada ekonomi di tanah air. Semoga ini jadi tanda awal bangkitnya perekonomian kita dari lembah resesi ekonomi akibat pandemi covid-19.

Sejak awal November lalu, IHSG terus beranjak naik dari kisaran level Rp5.100. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, IHSG telah bertengger di posisi mendekati Rp5.800. IHSG telah naik sekitar 700 poin atau lebih dari 13% selama bulan November ini.

Selain itu, seiring dengan ekonomi dunia yang mulai membaik, memberikan angin segar pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang energi. Kemungkinan ini juga lah yang menyebabkan kebangkitan 2 saham milik Bakrie Group itu.

Di tambah lagi info terbaru yang belakangan berkembang soal baterai "Lusi Cell" berbahan material lumpur lapindo atau lumpur Sidoarjo, diklaim 10% lebih tahan lama dibandingkan dengan baterai-baterai sejenis lainnya di pasaran.

Apakah lumpur lapindo yang selama ini hanya dinilai membawa bencana ternyata telah memberikan angin segar bagi dunia industri baterai tanah air ke depan? Kita masih menunggu hasil penelitian lebih lanjut.

Yang jelas, lumpur lapindo telah menunjukkan kebangkitannya. Semoga ini terus membawa IHSG meroket dan memberikan harapan pemulihan ekonomi tanah air dari resesi tahun 2021 meski kita harus bersabar karena tak ada kenaikan UMP tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun