Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dari Sabak hingga Gawai, Semangat Belajar Mengajar Harus Tetap Menyala

26 November 2020   07:15 Diperbarui: 27 November 2020   04:43 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan bantuan aplikasi seperti WhatsApp atau Google Classroom, proses pembelajaran pun dilaksanakan secara daring seperti saat ini.

Demikianlah alat belajar dan mengajar yang dipakai guru telah bertransformasi dari masa ke masa. Dari sabak, kini di masa PJJ alat dan media mengajar guru telah beralih ke perangkat teknologi berbasis digital seperti komputer dan gawai.

Meski peralihan ini terjadi karena dipaksa pandemi Covid-19, namun integrasi teknologi digital dalam dunia pendidikan sesungguhnya adalah wajah masa depan pendidikan kita. 

Kelak saat kelas dibuka kembali, adalah keharusan bagi guru untuk tetap mengintegrasikan teknologi dengan tingkat yang beragam.

Penerapan teknologi dalam pendidikan saat ini, telah mengantarkan kita pada pintu era industri 4.0. Dan adalah tugas guru untuk membuat anak-anak didik sekarang bersiap memasuki dunia baru ini.

Konten pembelajaran yang dihadirkan oleh guru tidak lagi relevan jika hanya sampai pada ranah mengetahui atau menghafal. Bahkan, untuk kemampuan menerapkan pun seharusnya mulai ditinggalkan.

Proses pembelajaran saat ini harus dirancang agar siswa minimal memiliki kemampuan melakukan analisa. Karena untuk level di pengetahuan di bawahnya, sudah dapat dilakukan dengan mengakses atau memanfaatkan teknologi digital.

Jika pembelajaran yang dilakukan guru hanya bermuara pada level kognitif menyebutkan atau menjelaskan, maka dengan bantuan Google dan internet, setiap soal yang diberikan akan dapat ditemukan jawabannya.

Kebutuhan siswa saat ini minimal pada level kognitif menganalisa atau membedakan. Untuk melakukan ini, diperlukan pemahaman definisi dan penerapan prinsip dan konsep untuk mengambil suatu keputusan dengan kemampuan berpikir kritis.

Lebih jauh jika memungkinkan tentu saja proses pembelajaran harus dirancang hingga ke level membuat atau mencipta. 

Dengan demikian, siswa dilatih untuk kreatif dan inovatif. Inilah tuntutan pendidikan abad 21 yang dikenal dengan 4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration, Creativity and Innovation).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun