Sebenarnya kami tidak keberatan jika ibu dirawat asal di kamar perawatan biasa, bukan perawatan covid-19. Namun kebijakan Rumah Sakit mengharuskan pasien yang diduga covid-19 dirawat di ruang khusus pasien covid-19 meski belum dilakukan pemeriksaan SWAB.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk melakukan test SWAB mandiri di area drive thru Rumah Sakit tersebut. Walaupun dalam hati merasa sangat kesal, karena ingin melakukan MCU, namun harus melalui pemeriksaan SWAB lebih dulu.
Rumah Sakit menyediakan 3 pilihan SWAB berdasarkan lamanya hasil pemeriksaan keluar. Pilihan waktu paling lama yaitu 3-4 hari dibandrol dengan harga hampir 900 ribu rupiah. Dan yang paling cepat dengan perkiraan waktu 12 jam, dibandrol dengan harga 2 juta rupiah.
Karena ingin mendapatkan hasil secepatnya, kami pun memilih paket seharga 2 juta rupiah. Meski sebenarnya kami sangat yakin bahwa ibu tidak tertular virus corona, tetapi paling tidak kami segera memegang hasil SWAB bebas covid-19 untuk selanjutnya bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
SWAB dilakukan di sebuah tenda di sekitar parkiran Rumah Sakit. Pengambilan sampel dilakukan sekitar pukul 7 malam, dan hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja menyelesaikan seluruh prosedurnya. Saat tiba disana, hanya kami sendiri yang akan melakukan pemeriksaan.
Dari bagian informasi menyampaikan bahwa hasil SWAB akan dikirim melalui WhatsApp paling lama 12 jam setelah pengambilan sampel. Dan memang benar, sebelum pagi hari ini kami telah mendapatkan informasi yang menyatakan hasil SWAB ibu negatif seperti keyakinan kami sebelumnya.
Melalui kejadian ini, saya lalu berpikir, sebenarnya pihak Rumah Sakit telah menerapkan prosedur demikian untuk pasien yang akan dirawat. Namun sayangnya Rumah Sakit tidak jujur dengan SOP yang diberlakukan.
Pada dasarnya adalah hal yang wajar jika Rumah Sakit ingin memastikan lebih dulu calon pasien umum untuk bebas covid-19 agar tim medis dapat leluasa melakukan perawatan. Namun, tentu saja dikomunikasikan dengan baik termasuk soal biaya SWAB mandiri yang terbilang cukup memberatkan.
Tidak semua orang mampu dan bersedia mengeluarkan uang 2 juta rupiah untuk keperluan SWAB 8 jam. Kalau pun penerapan SOP nya demikian, perlu win win solution antara pasien dan pihak Rumah Sakit.
Termasuk soal fokus pelayanan Rumah Sakit. Pemerintah dan pihak pengelola Rumah Sakit harus jelas menentukan fokus pelayanan yang diberikan. Jangan menjadi Rumah Sakit "Banci", ingin melakukan pelayanan untuk keduanya, baik pasien umum juga pasien covid-19.
Tipikal Rumah Sakit "Banci" ini sebenarnya telah merugikan pasien umum. Seperti kasus ibu saya, karena menghindari datang ke Rumah Sakit yang ia rutin datangi sebelum pandemi terjadi, justru harus putus berobat dan konsultasi rutin dengan dokter.