Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nikita Mirzani, Apa Sebenarnya yang Kau Cari?

14 November 2020   11:34 Diperbarui: 14 November 2020   12:18 2887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini, media sosial ramai-ramai menyuguhkan perang online antara artis kontroversial Nikita Mirzani dan kelompok pendukung imam besar FPI Rizieq Shihab.

Kisah ini bak episode Daud kecil yang tanpa gentar menantang Goliat si manusia raksasa. Betapa tidak, seorang perempuan seperti Nikita yang tidak punya basis pendukung apapun, berani berhadapan muka dengan Rizieq Shihab dan kelompoknya yang dikenal sangat keras.

Perseteruan ini berawal ketika Nikita Mirzani dalam satu kesempatan menyebut Rizieq Shihab sebagai "Tukang Obat". Pernyataan ini lantas menyulut amarah para pendukung Rizieq Shihab yang menilai Nikita telah menghina imam besar FPI itu.

Maaher At-Thuwali melalui akun Twitter nya kemudian berkomentar menanggapi pernyataan Nikita itu demikian "Tukang obat jalanan jauh LEBIH MULIA & TERHORMAT daripada lonte oplosan penjual selangkangan".

Maaher pun melanjutkan cuitannya dengan memberikan ancaman. Melalui video berdurasi 2 menitan, ia berjanji akan mengepung rumah Nikita bersama 800 laskar pembela ulama jika Nikita tidak melakukan klarifikasi dalam waktu 24 jam.

Cuitan dan video itu pun sontak menimbulkan banyak respon dari pengguna Twitter lantaran disampaikan oleh seseorang yang menyebut diri sebagai ustad. Sejumlah pihak menyayangkan, respon demikian disampaikan oleh seorang yang dianggap sebagai pemuka agama.

Akun Twitter "Nyai" dan hastag #KitaNikita pun menjadi trending topic hari ini. Masyarakat ramai-ramai memberikan dukungan kepada Nikita Mirzani melalui berbagai media sosial.

Tampaknya, kali ini Nikita telah mendapat simpati dari banyak orang, berbeda dengan cerita-cerita kontroversialnya terdahulu. Bahkan, #nikitaforpresident2024 turut nyempil menjadi trending topic.

Dukungan yang terus datang, sepertinya bentuk ekspresi kekesalan sebagian orang yang menilai apa yang diperlihatkan simpatisan FPI dan pendukung Rizieq Shihab sebagai pamer kekuatan.

Kedatangan Rizieq Shihab beberapa waktu lalu dan aksi ramai-ramai simpatisan menyambut kedatangannya di bandara, sepertinya telah membuat sebagian orang mejadi gerah. Apalagi setibanya di tanah air, Rizieq kemudian melakukan orasi bertajuk "Revolusi Akhlak".

Kejadian ini makin memanas ketika media asing asal Australia ikut-ikutan berkomentar soal kedatangan Rizieq Shihab. Dalam salah satu pemberitaannya, The Australian menyoroti kejadian ini dengan judul "Porn fugitive Rizieq Shihab returns to launch Indonesian 'moral revolution'.

Masyarakat sepertinya sedang menunggu respon pemerintah terkait kedatangan Rizieq Shihab dan apa yang sedang terjadi ini. Sebagaimana diketahui bersama, Rizieq Shihab telah berada di Arab Saudi kurang lebih 3 tahun.

Ia berangkat kesana setelah sempat dilaporkan karena kasus yang melibatkan dirinya. Kini setelah berselang 3 tahun, ia kembali ke tanah air setelah visa nya kembali diaktifkan.

Hingga detik ini, pemerintah memang belum berespon apapun, termasuk soal kasus Nikita yang mengemuka. Kejadian ini seolah memunculkan asumsi di tengah masyarakat soal ketakutan pemerintah atas kekuatan yang ditunjukkan oleh kelompok Rizieq Shihab dan kelompoknya.

Namun, apakah benar pemerintah takut pada kelompok Rizieq Shihab? Saya pikir tentu saja tidak. Negara tentu harus bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kemelut baru di tengah masyarakat.

Apalagi situasi pandemi covid-19 masih terus terjadi dan menuntut perhatian serius pemerintah. Namun sekarang, masyarakat sedang menunggu respon pemerintah atas persoalan ini.

Sebenarnya, apa yang dicari Nikita Mirzani melalui kejadian ini? Bukankah apa yang dilakukannya itu bisa mengganggu kenyamanan hidupnya sendiri? Apalagi kita tahu, selama ini kelompok lawannya itu dikenal berani dan sangat keras.

Ada beberapa kemungkinan, mengapa Nikita berani bertindak demikian. Pertama, bisa saja ia sedang latah saja berkomentar di media sosial.

Jika ini alasannya, tentu saja Nikita segera akan melakukan klarifikasi sebagaimana yang diminta Maaher dalam video ancamannya. Namun hingga detik ini, Nikita belum berespon soal permintaan klarifikasi itu.

Ini artinya, Nikita memang tidak sedang latah dalam berkomentar. Ia punya alasan lain melakukan itu.

Kedua, bisa saja apa yang dituduhkan oleh Maaher memang benar. Nikita sedang memanfaatkan keriuhan kepulangan Rizieq Shihab sebagai cara kembali mendompleng popularitasnya.

Alasan ini bisa saja benar. Tetapi memang sangat beresiko bagi Nikita. Namun, bukan Nikita namanya jika tidak berani melakukan hal kontroversial, termasuk frontal menyerang FPI dan kelompoknya.

Atau bisa jadi alasan ketiga, Nikita ingin tampil sebagai perwakilan masyarakat kecil yang sering dinilai lemah dan diam saja, terutama ketika pemerintah pun terkesan tak berespon.

Jika ini alasannya, maka patutlah ia mendapat dukungan dari masyarakat. Terlepas dari banyak hal kontroversial yang dilakukannya terdahulu.

Keberanian Nikita dalam melakukan kritik terutama pada pemilik kekuatan tertentu, menggairahkan kembali kebebasan berdemokrasi di tanah air.

Dalam hal ini, tentu saja pemerintah harus dapat memberikan perlindungan sebesar-besarnya atas kebebasan berpendapat yang dilakukan masyarakat.

Jika apa yang dilakukan oleh Nikita tidak dapat diterima oleh kelompok Rizieq Shihab, maka jalur hukum dapat ditempuh dengan tidak mengandalkan kekerasan. Perang terbuka di media sosial dengan menunjukkan sikap yang tidak etis, sebenarnya harus dihindari, baik dari pihak Rizieq Shihab, maupun Nikita sendiri.

Biarlah negara dan hukum yang akan menentukan pihak mana yang benar dan mana yang salah. Siapapun dan kelompok mana pun juga tak berhak menjadi hakim sendiri di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun