Pada usia ini, orangtua dapat mengajarkan anak untuk mengerti aturan dan hukum terkait pelecehan dan kekerasan seksual. Ketika anak tahu aturan dan hukum yang ada, akan menghindarkan anak dari mengalami pelecehan, termasuk tidak menjadi pelaku pelecehan itu sendiri.
Orangtua juga sudah perlu menjelaskan konsep pernikahan pada anak sejak remaja awal. Dengan memahami konsep pernikahan sebagai sesuatu yang berharga dan penuh tantangan, anak akan berpikir perlunya melangsungkan pernikahan hanya jika sudah siap.
Lalu, apakah peran memberikan pendidikan seks ini hanya menjadi tanggung jawab ibu?
Tentu saja tidak. Ayah juga memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan seks pada anak.
Untuk anak perempuan, tentu saja akan lebih efektif jika ibu lah yang mengajarkan pendidikan seks. Tetapi saat anak perempuan mulai tumbuh remaja, maka peran ayah menjadi sangat penting untuk menghadirkan sosok laki-laki dewasa yang bertanggung jawab.
Pendidikan seks ayah pada anak perempuan, tentu bukan bersifat verbal seperti yang seharunya dilakukan oleh ibu. Kehadiran ayah yang mencintai dan melindungi keluarga akan memberikan pendidikan seks yang baik pada anak perempuan tentang konsep laki-laki ideal.
Sesungguhnya, ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Jika anak perempuan tidak mendapatkan figur ayah yang baik untuk dicintai, maka kemungkinan ia juga akan gagal dalam mencari figur laki-laki yang baik akan sangat besar terjadi.
Atau yang lebih fatal, anak perempuan tidak akan memiliki kekaguman yang baik atas sosok laki-laki, sehingga bisa jadi anak perempuan akan jatuh pada perilaku lesbian.
Bagaimana untuk anak laki-laki?Â
Salah satu peran yang dapat diambil oleh ayah adalah menjelaskan tentang masa akil baligh dan soal mimpi basa.
Jika peran menjelaskan ini dilakukan oleh ibu, maka akan menyulitkan si ibu untuk memberikan penjelasan. Karena itu, ayah dapat memberikan penjelasan yang baik berdasarkan pengalaman yang sudah pernah dialami ayah saat remaja dulu.