Memiliki seorang putri adalah sangat istimewa bagi semua ayah di muka bumi ini. Semua hal sangat menarik untuk dilakukan bersama. Bukan sekedar untuk mengisi waktu, tetapi kebersamaan antara ayah dan anak perempuan memang selalu terasa istimewa.
Waktu putri saya masih sangat kecil, ia senang sekali naik ke pundak saya. Ia selalu terlihat sangat senang jika dibawa jalan-jalan keliling rumah di atas pundak ayahnya.
Selain digendong di pundak, putri saya juga sangat menikmati ketika naik ke punggung ayahnya seolah-olah sedang naik kuda. Meski kadang saya sedang lelah, ia selalu merengek untuk naik kuda-kudaan ini meski hanya mutar-mutar sebentar di atas tempat tidur.
Sekarang ketika ia mengenal bermain sepeda, ia pun sangat senang ketika bersepeda bersama ayahnya. Juga berkeliling sekitar perumahan dengan sepeda motor di sore hari menjelang waktu mandi tiba.
Dan saat sudah mengenal dunia sekolah saat ini, ia sangat senang dibacakan satu buku cerita. Saya pun berusaha membacakan cerita dengan ekspresif sambil memperagakan adegan dalam cerita, lengkap dengan intonasi yang hidup. Tak jarang, putri saya tertawa terkekeh-kekeh mendengarkan saya bercerita.
Putri saya ini juga sangat antusias menunjukkan perhatiannya pada saya. Ketika saya sibuk seharian di meja kerja di masa work from home sekarang, ia kerap membawakan air minum dan makanan kecil untuk saya makan.
Ketika malam kami akan tidur, putri kecil saya yang baru melewati masa balita ini, senang memberikan pijatan kecil pada kaki ayahnya. Dan tak ketinggalan, 'memijak-mijak' punggung ayahnya dari bawah leher hingga ujung kaki. Sesuatu yang sangat saya nantikan.
Tahun lalu ketika istri saya mengerjakan proyek selama 3 bulan di Thailand dan beberapa waktu kemudian juga lanjut mengerjakan proyek 3-4 bulan di jakarta, putri saya tinggal di rumah bersama saya. Kuatir karena kami kesepian berdua di rumah, ibu saya dan ibu mertua saya secara bergantian menemani kami di rumah.
Saat mengerjakan proyek di Thailand itu, adalah masa-masa pertama putri kami terpisah lama oleh ibunya. Putri saya adalah anak ASI eksklusif hingga 2 tahun penuh. Dan perpisahan 3 bulan itu akan menjadi sangat berarti baginya.
Saat mengantarkan ibunya ke bandara menuju Bangkok transit melalui Jakarta, putri saya terlihat sangat berat untuk berpisah. Tetapi putri kecil saya itu ternyata cukup mengerti dengan perpisahan itu, dan ia tidak mengangis hebat seperti yang saya bayangkan akan terjadi.
Sepekan sebelum istri saya berangkat, mereka sudah saling bicara dari hati ke hati. Dan kelihatannya putri saya mengerti dengan kondisi yang ada. Ia pun menerima akan bersama ayahnya saja untuk sementara waktu.