Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Kesaksian] Sembuh dari Covid-19 Setelah 35 Hari di ICU, 13 Kali Swab Test dan 62 Hari Perawatan

26 September 2020   06:06 Diperbarui: 6 April 2021   13:55 6416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak yang sempat terinfeksi Covid 19 foto bersama Tim Medis RS Siloam Kelapa Dua (Dokumen Pribadi)

Artikel ini adalah tulisan ketiga dari seri Testimoni Bapak kami, St. R. Ch. P Hutasoit / HR br Sianipar yang Terinfeksi Covid-19  pada bulan Maret 2020 lalu.

Baca Artikel Sebelumnya : [Kesaksian] 10 Hari Mencari Pertolongan Medis, 11 Kali Ditolak Rumah Sakit

Pada hari Jum'at (03/04/2020) adalah hari pertama Bapak dirawat sebagai Pasien Covid-19. Bapak mengalami perawatan super intensif selama 62 hari di RS Siloam Kelapa Dua.

Hari itu, kira-kira pukul 20.00 WIB, bapak dibawa dengan Ambulance setelah 1 malam dirawat di IGD Siloam Karawaci, Banten.

Sebelumnya pihak RS telah mengkonfirmasi lewat telepon kepada kami di Pekanbaru bahwa masih tersedia 1 kamar sebagai ruang isolasi untuk bapak. Kami sangat bersyukur untuk informasi ini mengingat 9 hari sebelumnya, bapak harus bolak balik ke sepuluh RS untuk mendapatkan kamar isolasi tetapi selalu ditolak.

Malam itu kami cukup lega karena akhirnya bapak bisa mendapatkan kamar untuk perawatan, meskipun bapak disana hanya 1 malam saja.

Keesokan harinya, kami dihubungi oleh pihak RS Siloam Kelapa Dua yang menginformasikan bahwa kesadaran bapak mulai berkurang. Kami berpikir, mungkin ini faktor bapak baru mendapatkan penanganan medis di RS setelah 10 hari terinfeksi virus corona.

Selanjutnya, melalui sambungan telepon itu, dokter yang menghubungi kami memutuskan akan membawa bapak ke ruang ICU agar dapat diperhatikan lebih intensif. Sabtu (04/04/2020) adalah hari pertama bapak dirawat intensif di ruang ICU.

Meskipun saat mendengar keputusan tersebut perasaan kami menjadi tidak karuan, tapi akhirnya kami mempercayakan sepenuhnya tindakan medis kepada pihak RS. Paling tidak, kami akan merasa cukup tenang karena di ICU bapak akan dimonitor, berbeda jika tetap sendiri di kamar isolasi.

Sangat bersyukur bahwa komunikasi pihak RS kepada keluarga pasien sangat baik. Mereka segera mengirimkan foto bapak yang telah dipasang ventilator kepada kami melalui pesan whatsapp.

Melihat foto bapak yang mengenakan ventilator sesungguhnya membuat perasaan kami hancur. Tetapi mungkin inilah yang terbaik, sambil berharap pernafasan bapak menjadi lebih stabil dengan dibantu ventilator.

Hari kedua di ruang ICU, kami kembali dihubungi oleh pihak RS. Mereka menginfokan bahwa saturasi oksigen bapak kembali turun di bawah 90%. Kondisi ini mengharuskan dokter mengatur mode pernafasan full dari bantuan mesin.

Selain itu, tim dokter juga berencana akan melakukan intubasi dan pemasangan CVC. Proses ini dilakukan dengan membuka jaringan kulit di sekitar leher untuk dimasukkan selang sebagai jalan memasukkan obat-obatan langsung ke pembuluh besar.

Tim dokter mengedukasi kami, ini dilakukan supaya proses pemberian nutrisi makanan dan obat-obatan bisa lebih efektif dan efisien dilakukan mengingat infus melalui jaringan vena sudah tidak maksimal dilakukan.

Namun, proses tindakan ini dapat berisiko pita suara bapak menjadi rusak dan fungsi kerja jantung menjadi terganggu. Mendengar itu pikiran kami makin berkecamuk tak karuan. Namun sekali lagi kami percaya bahwa inilah yang terbaik sambil terus berdoa tindakan intubasi ini akan berhasil dan resiko yang dikuatirkan tidak terjadi.

Puji Tuhan, setelah beberapa waktu proses itu dilakukan, kami kembali diinformasikan bahwa proses intubasi berhasil dan CVC berhasil dilakukan dengan baik. Selama pemasangan intubasi dan CVC, bapak diberikan morfin agar bisa beristirahat dengan baik.

Kami berpikir bahwa tindakan ini sangat sakit dirasakan oleh bapak sehingga tim dokter memutuskan memberikan morfin sebagai penenang untuk mengurangi pergerakan fisik.

Semua asupan nutrisi bapak diberikan lewat selang Intubasi dan CVC, sehingga mulut tidak lagi difungsikan untuk asupan makanan mengingat selang ventilator besar telah dimasukkan ke mulut menuju paru-paru untuk membantu pernafasan.

Pada hari kelima di ICU (08/04/2020), kami mendapatkan informasi hasil test swab pertama bapak telah keluar, dan hasilnya positif covid-19. Hari itu juga dokter menginformasikan bapak mengalami Aritmia, kondisi dimana detak jantungnya menjadi tidak stabil. Terkadang cepat, namun tiba-tiba bisa melambat.

Bapak sebelumnya tidak punya keluhan sakit jantung. Infeksi virus corona memang bisa menyerang organ-organ vital lainnya selain paru-paru. Inilah mengapa virus ini disebut memiliki seribu wajah, virus ini dapat menyerang semua organ penting tubuh sehingga tidak bekerja optimal.

Keesokan harinya (09/04/2020), bapak dijadwalkan test swab yang kedua. Hasil rontgen thorax hari itu terlihat mengalami perbaikan dari sebelumnya. Kabar itu sangat membuat kami bersyukur, karena hasil foto rontgen thorax sebelumnya sangat buruk. Paru-paru bapak terlihat sangat kabur, sepertinya virus tersebut sudah banyak menginfeksi.

Hari itu juga, sepupu yang selama ini mendampingi bapak ke RS test rapid di RSUD Pondok Gede. Hasil test tersebut menyimpulkan reaktif, dan mengharuskan ia segera diisolasi di RS rujukan covid-19.

Dengan demikian, ada 3 anggota keluarga kami di rumah tersebut yang tertular virus corona, menyusul bapak dan adik laki-laki kami yang telah lebih dulu dinyatakan positif covid-19.

Minggu (12/04/2020) adalah hari ke-9 bapak dirawat di ICU. Tim dokter menghubungi kami dan memberikan informasi ada perbaikan dengan pernafasan bapak. Hari itu bapak akan dicoba untuk lepas ventilator dengan harapan paru-paru kembali dilatih untuk mensupply oksigen secara alami.

Kabar ini sungguh membuat kami senang. Dari literatur yang pernah kami baca, hanya sedikit pasien covid-19 yang berhasil pulih dan lepas dari ketergantungan ventilator. Rasa syukur dan haru sangat kami rasakan hari itu.

Berselang dua hari kemudian (14/04/2020), bapak selanjutnya dipindahkan dari ICU ke HCU. Di ruang HCU, bapak tidak lagi dipasang ventilator, tetapi tetap diberikan selang oksigen biasa melalui hidung.

Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Keesokan harinya (15/04/2020) pernafasan bapak kembali terganggu, oksigen biasa dari selang dihidung tidak cukup membantu pernafasannya. Tim dokter pun kembali memutuskan bapak ke ICU untuk kembali dipasang ventilator.

Hari itu juga kami mendapatkan informasi hasil test swab kedua bapak kembali positif dan hari itu juga bapak dilakukan test swab ketiga.

Hasil foto thorax terbaru kembali menunjukkan perburukan pada paru-paru bapak. Foto thorax ini sempat saya komunikasikan kepada rekan-rekan dokter Tim Task Force Perkantas. Saya ingin mendengar apa kesimpulan mereka dari foto thorax tersebut.

Secara umum, mereka menyampaikan bahwa kondisi paru-paru bapak sangat buruk. Mereka pun menyampaikan kepada kami untuk bersiap-siap pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi, yaitu gagal fungsi pernafasan.

Mendengar informasi ini hati kami sangat hancur. Istri saya sampai menangis sejadi-jadinya sambil bersimpuh di lantai memohon pertolongan dari Tuhan. Ia terus menerus membaca alkitab dan berdoa seharian, memohon mukjizat dari Tuhan untuk kesembuhan bapak.

Namun Tuhan masih memberikan kesempatan bapak untuk berjuang di ICU. Ketua tim dokter yang menangani bapak menghubungi kami dan menyampaikan bahwa kondisi paru-paru bapak juga diserang oleh jamur. Ini mengharuskan bapak segera diberikan obat anti jamur pada paru-parunya.

Kami sempat bertanya mengapa ada jamur yang menyerang paru-paru bapak. Dari penjelasan yang diberikan, ini sangat mungkin terjadi. Pemberian Antibiotik dalam jumlah besar memang memungkinkan tumbuhnya jamur di paru-paru.

Dokter pun berencana akan memberikan obat yang disebut bernama Actemra untuk mencegah kerusakan paru-paru. Obat ini banyak diberikan oleh pasien-pasien covid-19 di berbagai belahan dunia yang mengalami kondisi perburukan fungsi paru-paru.

Namun untuk mendapatkan obat ini, harus dipesan dulu dari eropa. Dan harganya juga tidak murah. Sekali pemberian Actemra, diperkirakan membutuhkan biaya 13-15 juta rupiah. Kami kembali mengiyakan rencana ini, dengan keyakinan inilah jalan agar bapak bisa sembuh.

Oh iya, sebagai informasi bapak masuk ke RS Siloam Kelapa Dua dengan perjanjian tertulis di awal bahwa biaya perawatan ditanggung sendiri oleh pasien. Saat itu RS Siloam Kelapa Dua belum menjadi RS Rujukan yang digandeng pemerintah untuk menangani pasien Covid-19.

Dan hingga hari itu, kami telah melakukan deposit uang ke pihak RS sekitar 85 juta plus biaya saat pemeriksaan awal di RS Siloam Karawaci sekitar 20 juta. Namun belakangan RS Siloam Kelapa Dua mendedikasikan diri sebagai RS khusus Covid-19, dan biaya perawatan tidak lagi dibebankan kepada pasien.

Tanggal 16 April 2020, kami mendapat informasi bahwa tim medis dari Puskesmas terdekat dengan rumah akan datang untuk melakukan test pada ibu kami (HR br Sianipar, 67 tahun). Sebelumnya kami memang meminta tolong salah satu kerabat di Pondok Gede menginformasikan bahwa 3 dari 4 orang di rumah sudah positif covid-19.

Test terhadap ibu di rumah membuat kami sedikit tenang, meskipun sebenarnya ada kecemasan kalau-kalau ibu juga tertular virus corona. Namun berselang beberapa hari kemudian, kami mendapatkan informasi bahwa hasil test ibu negatif.

Rasa syukur yang tak terhingga kami sampaikan saat itu mengingat ibu yang sudah lansia ternyata dapat bertahan dari gempuran virus corona meski 3 anggota keluarga lainnya terinfeksi.

Beberapa hal yang kami yakini membuat ibu tetap sehat dan tidak tertular meski usianya sudah lansia akan kami tulis pada artikel berikutnya.

Tanggal 19 April 2020, hari ke-16 bapak di ICU -- HCU, kami mendapat kabar hasil swab test ketiga bapak masih positif. Esoknya, bapak dijadwalkan untuk swab test keempat.

Meski hasil swab terakhir masih positif, tapi kami mendapat kabar bahwa kondisi bapak membaik. Saturasi oksigennya berkisar 99%, detak jantung normal dan tim medis mulai melakukan fisiotherapy untuk bapak.

Fisiotherapy dilakukan karena bapak sudah lebih 14 hari terbaring di bed perawatan tanpa pergerakan berarti. Ventilator juga sudah dipasang dengan mode siaga, pernafasan tidak sepenuhnya lagi dikendalikan oleh mesin.

Hari ke-19 di ICU (22/04/2020), tim medis melepas ventilator dan bapak diberikan oksigen biasa dari hidung. Dari komunikasi melalui video call, kami bisa melihat kondisi bapak mulai membaik. Ia pun mulai bisa berkata-kata meskipun masih sangat terbatas.

Meski sudah tidak lagi menggunakan ventilator, bapak masih ditempatkan di ruang ICU. Tujuannya agar tim medis bisa terus memantau kondisi bapak selama 24 jam.

Pada tanggal 24 April, kami mendapatkan kabar baik, hasil swab keempat bapak sudah negatif. Hari itu juga bapak dilakukan test swab kelima. Kami pun sempat berdoa bersama sebelumnya melalui sambungan video call, agar hasil swab berikutnya kembali negatif.

Namun beberapa hari kemudian, hasil swab bapak kembali positif. Meski kecewa dengan hasil ini, kami  tetap bersyukur karena kondisi bapak terus membaik. Demikian terus berselang, hasil test bapak sulit terkonfirmasi dua kali negatif beruntun.

Namun karena kondisi kesehatan bapak semakin stabil, pada tanggal 9 Mei 2020, bapak sudah dipindahkan ke kamar perawatan biasa untuk isolasi mandiri disana.

Bapak foto bersama Tim Medis saat akan dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan biasa (Dokumen Pribadi)
Bapak foto bersama Tim Medis saat akan dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan biasa (Dokumen Pribadi)
Menurut penjelasan tim medis, ruang ICU yang sangat terpapar virus corona menjadi alasan hasil swab bapak sulit dua kali negatif beruntun.

Dengan demikian, total bapak dirawat di ICU - HCU adalah 35 hari.

Meski berada di kamar perawatan biasa, kondisi bapak terus dipantau oleh tim medis. Secara berkala bapak dijadwalkan swab test, setiap 3 - 5 hari sekali.

Pada 1 Juni 2020, hari ke-59 perawatan di RS Siloam Kelapa Dua, kami mendapat kabar baik bahwa hasil swab test ke-12 bapak dinyatakan negatif. Hari itu juga swab ke-13 dilakukan.

Dan Puji Tuhan, pada hari ke-62 perawatan, hasil swab ke-13 bapak kembali dinyatakan negatif. Dengan rasa haru dan penuh syukur, hari itu tim medis RS Siloam Kelapa Dua menyatakan bapak telah sembuh dari Covid-19 dan diperbolehkan pulang ke rumah.

Bapak foto bersama dengan Tim Medis RS Siloam Kelapa Dua sesaat akan pulang ke rumah setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 (Dokumen Pribadi)
Bapak foto bersama dengan Tim Medis RS Siloam Kelapa Dua sesaat akan pulang ke rumah setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 (Dokumen Pribadi)
Sungguh tak tergambarkan lagi bagaimana perasaan kami se keluarga saat itu. Mengingat kisah perjuangan 10 hari mencari pertolongan medis, 35 hari dalam perawatan di ICU dan 13 kali test swab, akhirnya Tuhan berkehendak bapak untuk sembuh.

Benarlah nats Alkitab yang tertulis di Mazmur 66 : 19 dan 2 Korintus 6 : 2,

"Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan."

Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

Hanya karena pertolongan Tuhan sajalah, bapak telah sembuh. Tuhanlah yang memberikan mujizat kesembuhan kepada bapak melalui tangan-tangan para dokter dan paramedis yang merawat.

Di akhir tulisan ini, saya ingin menyampaikan, hindarilah virus corona karena virus ini sangat berbahaya. Virus ini adalah virus dengan seribu wajah yang dapat menyerang semua organ penting manusia sehingga gagal fungsi dan menyebabkan kematian.

Bapak mungkin saja contoh kecil dari sekian banyak kasus positif Covid-19 dengan kondisi berat yang terselamatkan. Ada banyak pasien Covid-19 yang akhirnya tak tertolong dan berakhir dengan kematian.

Namun, kesembuhan bapak juga memberikan harapan kesembuhan bagi siapa pun yang saat ini sedang berjuang melawan virus corona yang menginfeksi tubuhnya. Jika Tuhan berkehendak, Tuhan pasti akan memberikan kesembuhan.

Karena itu, selagi masih sehat, patuhi protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya. Tetaplah menggunakan masker, sering mencuci tangan dan selalu menjaga jarak dengan siapa saja saat berada di luar rumah.

Secara khusus saya sampaikan terima kasih yang tak berhingga kepada Para Dokter dan Perawat yang berada di garda terdepan penanganan Covid-19. Semoga Tuhan yang melindungi dan meluputkan dari resiko tertular saat menjalankan tugas melayani pasien Covid-19.

Baca juga : [Testimoni] 7 Hal yang Harus Dilakukan Saat Keluarga Terinfeksi Covid-19

Pekanbaru, 26 September 2020

Jose Hasibuan & Grace Hutasoit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun