Apalagi jika persoalan yang dimunculkan terkait kecilnya penghasilan suami. Bukankah janji pernikahan adalah sehidup semati di saat senang mau pun susah? Saya koq curiga jika ini hanya soal alasan yang dibuat-buat saja.
Jika persoalannya adalah karena rasa cinta di antara pasangan yang dirasa mulai memudar, sangat mungkin terjadi karena keduanya tidak terus memupuk rasa itu agar terus bertumbuh. Lebih-lebih jika salah satu mulai berani bermain api seperti cerita-cerita di atas, maka memang bukan tidak mungkin tumbuhnya rasa cinta pada hati yang lain.
Soal konflik di antara suami dan istri, pada dasarnya ini adalah hal yang lumrah dan wajar terjadi. Justru hal yang mustahil jika dalam kehidupan pernikahan, tidak pernah terjadi konflik antara suami dan istri.
Konflik antara suami dan istri terjadi karena pada dasarnya suami dan istri adalah dua orang dengan karakter berbeda yang berasal dari pola asuh keluarga asal yang berbeda pula. Segala perbedaan yang ada merupakan potensi terjadinya suatu konflik.
Namun, jika dilihat dari sudut kacamata yang lain, konflik dalam kehidupan pasutri adalah sesuatu yang sehat sebagai tanda dinamika yang terjadi. Bahkan tanpa cek cok sama sekali, sesungguhnya relasi di antara keduanya sedang tidak terjadi secara dalam.
Menurut saya, cek cok antara suami dan istri merupakan batu lompatan untuk mengenal dan memahami satu dengan yang lainnya lebih dalam lagi. Karena biasanya, sumber utama terjadinya konflik adalah karena salah satu atau keduanya tidak merasa dipahami dan dimengerti.
Karena itu perlu seni dalam mengelola cek cok yang terjadi agar tidak berlanjut dan menjadi masalah yang tak terselesaikan. Jika cek cok yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik, maka kualitas relasi yang terbangun akan makin dalam.
Namun, jika keduanya makin sulit untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi karena faktor komunikasi yang rusak, maka keduanya perlu bantuan seorang konselor pernikahan yang akan menolong keduanya untuk menemukan akar permasalahan yang terjadi dan solusi yang harus dilaksanakan bersama sebagai upaya penyelesaian masalah.
Carilah konselor yang profesional, bukan sebaliknya cerita pada orang lain yang bisa-bisa akan membuat permasalahan makin runyam. Bukannya akan membantu dalam penyelesaian masalah, justru akan memunculkan masalah baru.
Karena itu, adalah jauh lebih baik untuk mempertahankan pernikahan daripada memilih atau memutuskan untuk bercerai. Karena tidak ada jaminan, orang ketiga yang menyebabkan terjadinya perceraian adalah orang yang lebih baik dari pasangan kita saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI