Pesta atau hajatan mulai dilakukan tanpa pembatasan jumlah undangan dan pelaksanaan protokol kesehatan. Ngumpul-ngumpul hingga jam malam makin marak dilakukan tanpa menggunakan masker dan jaga jarak.
Demikian pula aktivitas ke luar kota, makin banyak dilakukan namun tanpa disiplin yang ketat. Termasuk pegawai-pegawai kantor yang melakukan dinas luar kota, langsung masuk kerja tanpa prosedur isolasi mandiri terlebih dulu selama 14 hari pertama kedatangan.
Melonjaknya kasus baru Covid-19 yang terjadi, juga tidak lepas dari momen cuti bersama beberapa waktu lalu. Masyarakat yang tidak lagi bisa menahan diri untuk berwisata namun tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan, berpotensi besar tertular virus corona dari klaster tempat wisata.
Kekuatiran terbesar sebenarnya terkait isu akan dibuka kembali sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Tingkat kepadatan warga sekolah akan menjadi isu krusial bagaimana penerapan protokol kesehatan secara tepat.
Ditambah lagi usia peserta didik yang belum matang, dengan tingkat tanggung jawab dan disiplin yang masih harus diragukan, bukan tidak mungkin, memaksakan sekolah kembali dibuka dalam waktu dekat akan memunculkan klaster baru dari lingkungan sekolah.
Jika kemunculan klaster-klaster baru terus bertambah, maka kita pun akan bersiap pada kemungkinan munculnya klaster rumah tangga yang berpotensi menyerang orang-orang dengan penyakit penyerta dan usia rentan.
Selama ini, para lansia dan bayi cukup aman ketika berada di dalam rumah. Namun jika seluruh anggota keluarga lainnya beresiko tertular dari luar rumah seiring bermunculnya klaster-klaster di luar sana, bukan tidak mungkin akan membawa virus ke rumah dan menularkannya pada anggota keluarga dengan faktor resiko rentan tadi.
Tingkat infeksi virus corona terhadap setiap orang memang sangat beragam sesuai dengan tingkat ketahanan daya tubuh seseorang. Pada orang-orang tertentu dengan imun tubuh yang sangat baik, maka infeksi virus corona relatif tidak akan membahayakan hingga memerlukan perawatan lebih lanjut di RS.
Namun bagi mereka yang tergolong rentan, baik dari faktor usia maupun karena penyakit penyerta, infeksi virus ini akan berakibat sangat fatal dan perlu perawatan di RS hingga yang lebih intensif di ICU.
Jika tingkat ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 sudah sangat mengkuatirkan seperti analisa di atas, lebih-lebih lagi tingkat ketersediaan ruang ICU yang sangat terbatas. Hanya soal bom waktu, carut marut pengelolaan RS akan terjadi di kemudian hari.
Belum lagi bicara soal jumlah tenaga medis dan perawat di RS. Jumlah yang terbatas dengan kemungkinan sulitnya menambah personil baru di kemudian hari tidak akan dapat mengimbangi penambahan pasien yang terus terjadi.