Biasanya guru akan menyiapkan e-modul dan mengunggahnya di kelas maya. Peserta didik akan mengunduh modul tersebut dan mempelajari secara mandiri.
Namun mempelajari modul berbentuk tulisan secara mandiri, tentu tidak akan mudah bagi sebagian siswa. Apalagi selama ini, peserta didik belum terbiasa melakukannya. Hal ini tak ubahnya belajar mandiri dari buku cetak.
Jika tujuan pembelajaran berada di ranah mengetahui, mungkin hal ini bisa-bisa saja tercapai. Namun akan sulit jika indikator pencapaian tujuan pembelajaran sudah pada tingkatan penerapan atau bahkan di atasnya.
Salah satu media alternatif yang cukup baik untuk pembelajaran asinkron adalah YouTube. Karena konten YouTube biasanya berbentuk video, maka akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik khususnya bagi mereka yang bisa lebih mudah menangkap materi pelajaran dengan cara membaca, melihat dan mendengar.
Selain itu, peserta didik cukup mengunduh video sekali saja, dan dapat diputar berulang-ulang kali secara offline sehingga tidak mengurangi kuota internet. Peserta didik layaknya belajar private dengan gurunya, namun tak perlu sungkan untuk meminta penjelasan berkali-kali karena cukup diputar ulang saja.
Terlebih jika yang harus dipelajari adalah matematika. Bukanlah rahasia umum, jika matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian besar siswa. Kesulitan ini sebenarnya dikarenakan materi-materi ajar matematika pada umumnya paling rendah berada di ranah penerapan atau menghitung.
Sering kali, seorang siswa protes pada guru matematika. Saat tes atau ujian, soal yang diberikan ternyata berbeda dari contoh soal saat belajar atau soal-soal latihan yang diberikan.
Tentu saja seorang guru matematika yang baik, tidak akan memberikan soal tes yang persis sama dengan soal-soal yang pernah dibahas dan didiskusikan sebelumnya. Sebenarnya indikator soal yang diberikan tetap sama, namun redaksi soal dan angkanya saja yang diganti. Namun tetap saja ini akan mendatangkan protes bagi beberapa siswa.
Padahal, di sinilah tugas mata pelajaran matematika itu sendiri, yaitu melatih siswa memahami konsep lalu menerapkannya dalam pemecahan masalah.Â
Justru jika seorang guru matematika memberikan soal yang persis sama saat proses pembelajaran, maka sama saja guru tersebut hanya mengajari siswanya menghafal dan tak pernah melatih mereka untuk berpikir kritis.
Kembali soal pemanfaatan YouTube sebagai media pembelajaran asinkron. Soal penyajian materi ajar matematika di YouTube, penekanannya bukan pada asesoris videonya yang atraktif dengan pernak-pernik animasi. Fokus utama video pembelajaran matematika adalah pada konten atau isi materi ajar itu sendiri.