Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nabung Emas, Nabung di Bank, atau Nabung Saham?

24 Agustus 2020   17:22 Diperbarui: 24 Agustus 2020   17:25 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu belakangan ini, warga media sosial ramai-ramai mempromosikan tukar koin dengan kepingan emas berukuran kecil yang lebih dikenal dengan 'minigold'. Mengapa disebut 'minigold'? Karena memang kepingan emas ini sangat kecil, ukuran terkecil mulai dari 0,05 gram saja.

Promo ini sontak membangunkan para kolektor uang receh atau koin. Seolah menemukan kembali harta karun yang terpendam, celengan berisi koin-koin recehan pun dibongkar untuk ditukarkan dengan keping-keping emas mini ini.

Emas memang pilihan investasi paling tua yang bertahan hingga hari ini. Teringat beberapa tahun lalu, saat 'mbah putri dipanggil yang Kuasa, ia banyak meninggalkan perhiasan emas berbentuk cincin, gelang atau kalung. Peninggalannya menjadi kenangan sekaligus warisan yang sangat berharga bagi anak-anak yang ditinggalkan, termasuk ibu saya.

Selain dapat diinvestasikan dalam bentuk perhiasan, pilihan lain adalah dalam bentuk kepingan emas mulia seperti 'minigold' tadi. Tidak harus mahal, kepingan terkecil dengan berat 0,05 gram misalnya minggu lalu harganya dibandrol berkisar Rp72.000 saja. Maka sangat menarik, membongkar celengan dan ditukar dengan berkeping-keping 'minigold'.

Koin-koin recehan yang tetap dikoleksi di celengan, jumlahnya tak akan bertambah seiring berjalannya waktu. Kecuali isi celengannya yang terus ditambah. Malahan nilai uang yang disimpan justru akan berkurang karena kenaikan harga-harga barang di pasaran. Berbeda halnya jika diinvestasikan dalam bentuk emas, nilainya bisa jadi berlipat kali ganda.

Sebagai perbandingan, kepingan logam mulia antam seberat 50 gram di tahun 2009, harganya berkisar Rp16.000.000. Di tahun 2019, berselang sepuluh tahun harganya menjelma menjadi Rp36.000.000 atau mengalami kenaikan setara 125%. Dan bahkan, minggu lalu antam menjual kepingan emas 50 gram dengan harga di atas 50 juta rupiah. Waw.

Harga emas memang sedang melambung tinggi saat ini. Pandemi covid-19 yang terjadi, dimana telah menyebabkan ketidakpastian, membuat banyak orang beramai-ramai menarik dananya dari bank dan menukarnya dengan investasi dalam bentuk emas.

Meskipun emas terbilang investasi yang relatif aman, namun bukan berarti tidak ada resiko sama sekali. Investasi emas dalam bentuk perhiasan misalnya, jika tidak teliti, kita bisa saja mendapatkan emas dengan dengan campuran logam lainnya.

Selain itu, investasi emas dalam bentuk apapun, jika tidak memiliki tempat penyimpanan yang aman, bukan tidak mungkin kerugian besar akan dialami jika emas yang disimpan lantas hilang atau dicuri orang.

Pun jika kita memilih untuk investasi dalam bentuk perhiasan yang dikenakan kemana saja, maka resiko penjambretan sangat besar terjadi dan bahkan bisa fatal akibatnya hingga kehilangan nyawa.

Investasi emas pada dasarnya membutuhkan kepekaan terhadap pergerakan harganya di pasar. Alih-alih berharap untung, salah timing soal beli dan jual, bisa-bisa malah buntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun