Seperti teman-temannya yang lain, ia pun merasakan bahwa orangtuanya sangat peduli dan selalu mengingatkannya akan tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan agar tidak menumpuk.
Saya adalah guru matematika mereka di sekolah. Selama ini, saya menyiapkan modul-modul dan tugas yang saya upload di kelas maya untuk diakses oleh peserta didik saya. Untuk membantu penguasaan materi, saya pun menyiapkan video tutorial yang saya upload di kanal YouTube yang saya buat.
Mempelajari matematika tentu sedikit berbeda dengan mempelajari mata pelajaran lainnya. Kondisi daring saat ini menambah keluhan peserta didik saya terkait bagaimana mereka harus mempelajari setiap bahan ajar dengan keterbatasan jaringan internet.
Meskipun sekolah tempat saya mengajar terletak di ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru, tetapi sebagian besar siswa kami berasal dari kabupaten yang tersebar di seluruh Provinsi Riau. Saya pun menyadari, kemungkinan besar siswa saya mengalami kesulitan untuk mengakses internet.
Sekolah tempat saya mengajar berjenjang SMK dengan konsentrasi pada jurusan pertanian terpadu. Sebagian besar siswa-siswi kami memang adalah anak tani, baik sebagai pekerja di perkebunan sawit, maupun petani atau peternak mandiri.
Minggu lalu, saya pun melakukan survei terkait keterbatasan jaringan internet di kampung tempat tinggal mereka. Termasuk soal kebutuhan akan kuota paket internet untuk pembelajaran daring.
Dari 58 siswa yang menjadi responden, terkait kualitas jaringan internet di rumah, hanya 10,3% mengaku dapat mengakses jaringan dengan kualitas baik. Setelah saya cek data tempat tinggalnya, mereka sebagian besar adalah yang berdomisili di kota Pekanbaru.
Sedangkan, 37,9 % mengaku jaringan internet di tempat tinggal mereka cukup baik. Artinya di saat tertentu jaringan baik, namun terkadang juga tidak stabil. Lebih dari setengah responden atau sekitar 51,7% mengaku jaringan di tempat mereka sangat buruk alias lemot.
Jaringan lemot ini terutama dialami oleh siswa siswi yang tinggal di lokasi perkebunan kelapa sawit, seperti kisah Mutiara yang saya ceritakan di awal tadi.
Terkait soal kebutuhan akan kuota internet, dari 58 responden, sebanyak 36,2% siswa menghabiskan Rp 50.000 hingga Rp100.000 untuk membeli paket internet dalam sebulan. Sebanyak 43,1% menghabiskan Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Sementara sebanyak 19% responden mengaku menghabiskan Rp 150.000 untuk kebutuhan internet per bulan.
Dari data ini, jika dirata-ratakan dalam sebulan, maka kebutuhan siswa saya untuk membeli paket internet berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000.Â