Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Betapa Kita Tidak Bersyukur

16 Agustus 2020   18:19 Diperbarui: 16 Agustus 2020   20:34 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya setuju dengan syair lagu itu, Tuhanlah tokoh utama yang berada di balik layar, yang menggerakkan hati para pahlawan kita terdahulu, untuk rela mati demi merebut kemerdekaan. Tanpa Tuhan yang mengobarkan semangat, mereka pada dasarnya hanyalah manusia lemah dan terbatas, yang mungkin mudah sekali takut dan goyah.

Namun, Tuhan yang Agung dan Mahakuasa itu, membakar hati mereka dengan semangat berkorban, hingga para pahlawan kita itu tak lagi mementingkan kenyamanan sendiri, tetapi pergi dan berjuang, bahkan hingga mati di medan pertempuran.

Ketika merenungkan hal ini, bagaimana mungkin kita yang sekarang adalah para pejuang pengisi kemerdekaan, hendak berjuang sendiri dan melupakan sosok sentral itu?

Negeri ini adalah milik Tuhan yang dititipkan bagi kita yang mengaku bagian dari bangsa ini. Karena itu, dalam mengelola negeri ini adalah suatu kebodohan jika kita hanya mengandalkan kemanusiaan kita yang terbatas dan mengesampingkan DIA yang Agung dan Mahakuasa.

Karena itu jugalah, bukan saatnya lagi berlomba-lomba menonjolkan satu golongan tertentu saja untuk maju dan berdiri pada barisan terdepan, tetapi mari bersama saling bergandengan tangan atas nama satu bangsa, mengisi kemerdekaan ini dengan tuntunan DIA yang Agung dan Mahakuasa.

Meski saat ini kondisi kita sedang sulit, dimana ekonomi mungkin hampir terpuruk dan kita terancam masuk pada jurang resesi, tetapi justru kejadian ini mengingatkan kita untuk tidak mengandalkan pikiran dan kekuatan kita sebagai manusia dan bangsa yang terbatas.

Kita harus datang dan berserah pada DIA yang Agung dan Mahakuasa, agar kondisi ini menjadi memontum kebangkitan bersama, "membajak" masa krisis dan mengisinya dengan lompatan-lompatan demi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sesungguhnya tidak ada alasan kita untuk tidak bersyukur di tengah semua kondisi yang tejadi. Negeri ini adalah negeri yang kaya dan subur. Lihat lah sejenak luasnya lautan yang kita miliki, megahnya gunung-gunung yang kokoh berdiri, serta hamparan padang, bukit dan lembah yang menghijau. Bukankah itu semua anugerah yang tak terkira?

Sejauh mana kita telah mensyukuri segala karuniaNya itu bagi kita? Apa yang sudah kita lakukan pada laut, gunung, padang, bukit dan lembah-lembah itu? Sudah kah kita mengelolanya dengan baik demi kemakmuran bersama? Atau justru kita telah merusaknya?

Bukan lagi waktunya saling menyalahkan satu dengan yang lain, tetapi bertanyalah dalam hati masing-masing, apa yang sudah kita lakukan bagi setiap anugerah Tuhan itu?

"Alangkah indah pagi merekah bermandi cah'ya surya nan cerah,
ditingkah kicau burung tak henti, bunga pun bangkit harum berseri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun