Di era modern saat ini, sepertinya kehidupan manusia makin erat melekat dengan yang namanya utang dan piutang. Dan bahkan terasa aneh jika ada orang yang hidup tanpa pernah punya utang sama sekali.
Beberapa waktu yang lalu ketika sedang berurusan di sebuah bank, iseng-iseng saya bertanya tentang pamflet yang dipajang di bank tersebut. Isi pamflet tersebut terkait penawaran bank yang memberian bunga khusus bagi para ASN.
Singkat cerita, saya pun diarahkan ke bagian khusus yang mengurusi soal pinjam meminjam ini. Disana, petugas terkait menanyakan identitas pribadi saya dan instansi tempat saya bekerja.
Melalui aplikasi pencarian database, data saya pun langsung terbaca dengan cepat. Dan lucunya, respon pertama yang disampaikan oleh petugas tersebut adalah "Sudah lebih 10 tahun jadi ASN, bapak tidak pernah mengajukan pinjaman bank?", pertanyaan yang  seolah-olah menganggap saya aneh karena tidak pernah mengajukan pinjaman bank.
Soal ASN yang berutang di bank, mungkin sebagian besar kita tidak asing dengan cerita ini. Beberapa teman saya di kantor menggunakan istilah "SK disekolahkan di bank" ketika menyebut sedang punya pinjaman kredit di bank.
Beberapa cerita yang saya dengar, sebagian besar teman-teman ini "menyekolahkan SK" untuk keperluan kredit rumah dan kredit mobil.
Dan sebagian mereka mengaku hampir tidak lagi menerima gaji bulanan karena habis dipotong untuk membayar sejumlah macam cicilan pinjaman.
Terus makan dari mana? Tanya saya sedikit heran. Ternyata untuk keperluan sehari-hari, mereka mengandalkan tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh pemerintah daerah termasuk tunjangan sertifikasi yang cairnya tiap tiga bulan.
Wah, hebat juga ternyata teman-teman ini, terlintas dalam pikiran saya. Bagaimana mungkin mereka bisa survive hidup dengan mengandalkan tunjangan-tunjangan yang bisa saja suatu saat tiba-tiba akan dihentikan.
Seperti cerita di atas, saya memang tidak pernah mengajukan pinjaman apapun ke bank. Saya dididik oleh orangtua yang sepertinya anti dengan berutang di bank. Nasehat-nasehat yang sering saya dengar adalah lebih baik menabung dulu untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Dan prinsip ini sepertinya melekat kuat menjadi mindset saya hingga saat ini.
Namun sebenarnya jika dipikir-pikir, isi tabungan saya tidaklah cukup bisa diandalkan. Bagaimanpun sebagai seorang ASN, penghasilan saya sangat terbatas. Kalau pun mau dibilang lebih dari cukup, ya lebihnya tidak sampai membuat saya jadi kaya raya.