Beberapa sekolah yang saya tahu, bersedia untuk mendampingi siswa siswi belajar secara tatap muka dengan jumlah terbatas dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.
Saya sebagai orangtua memilih untuk mengantarkan anak kami hanya satu kali dalam sepekan ke sekolah, itupun dengan durasi maksimal dua jam untuk belajar bersama gurunya sekaligus mengambil worksheet sebagai panduan aktivitas pembelajaran di rumah selama sepekan.
Setiap hari saat tidak hadir ke sekolah, dalam durasi maksimal satu jam, guru-guru secara bergantian bertemu secara daring dalam pembelajaran online menggunakan Zoom.Â
Jika saya perhatikan, anak saya sangat menantikan pembelajaran lewat Zoom tersebut karena gurunya cukup kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran.
Beberapa keluarga yang benar-benar tidak dapat mendampingi anak-anak saat pembelajaran jarak jauh di rumah, memilih mengundang guru les sebagai pendamping. Namun tentu saja pilihan ini hanya mungkin dilakukan bagi keluarga yang tidak kesulitan secara ekonomi.
Sekali lagi saya sampaikan, sebenarnya jika semua kendala ini dikomunikasikan dengan baik kepada pihak sekolah, pasti ada jalan keluar, asal niatnya sama-sama baik demi anak-anak kita mendapatkan haknya mengenyam pendidikan yang berkualitas.
Sebagai seorang guru, kita tentu tidak boleh berpangku tangan dengan semua kendala yang ada. Jika sekolah telah mengupayakan segala cara, dan orangtua telah memberikan kontribusi yang cukup baik, maka selanjutnya adalah tugas guru mengoptimalkan strategi dalam pembelajaran jarak jauh ini.
Salah satu upaya yang tidak boleh dilupakan oleh guru adalah mendesain strategi PJJ yang seefektif dan seefisien mungkin. Guru tidak boleh terlalu yakin dengan satu strategi pembelajaran saja, dan menutup mata pada strategi atau inovasi lainnya. Kita harus selalu terbuka agar pembelajaran jarak jauh ini memberikan makna bagi anak-anak didik kita.
Jika saya perhatikan yang terjadi selama ini, guru cukup nyaman menggunakan salah satu platform saja. Menggunakan Zoom misalnya, maka hal itu seolah menjadi patern yang sulit diubah.Â
Di awal-awal, pembelajaran dengan sistem meeting online ini memang terlihat menarik. Namun jika diperhatikan akhir-akhir ini, anak-anak mulai banyak yang bosan karena sudah tidak ada lagi yang menarik dari model pembelajaran model ini bagi mereka.