Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengenal Dunia Keuangan dan Bagaimana Menjadi Investor Cerdas

29 Juli 2020   20:09 Diperbarui: 30 Juli 2020   17:02 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi (Sumber: Shutterstock.com)

Sebenarnya dunia investasi bukanlah hal yang baru bagi saya. Meskipun secara praktis terjun langsung sebagai investor di pasar modal baru saya lakukan dalam dua tahun terakhir ini.

Saya mengenal dunia investasi pertama kali di tahun 2010 saat sedang mengambil studi Pasca Sarjana di Program Studi S2 Matematika Terapan Institut Pertanian Bogor (IPB). Entah secara kebetulan, yang jelas saat itu ketika akan memilih konsentrasi mata kuliah untuk tesis, saya tertarik pada bidang matematika finansial atau keuangan.

Pun tak pernah terbayangkan saat itu, latar belakang pendidikan sarjana yang merupakan pendidikan matematika namun akhirnya harus belajar dan mendalami bidang terapan yaitu matematika keuangan dan seluruh seluk beluk dunia investasi pasar modal.

Saya ingat benar, di awal-awal perkuliahan, saya belajar teori persamaan diferensial dan ternyata cukup banyak terapan teori ini yang diaplikasikan pada pemodelan bidang matematika keuangan.

Penelitian tesis saya juga banyak mengaji pemodelan di pasar modal secara khusus menganalisis persamaan matematika terkait forcasting atau peramalan nilai saham di masa mendatang.

Secara umum, dalam dunia keuangan kita mengenal dua macam aset atau kepemilikan, yaitu asel riil dan aset keuangan. Aset riil merupakan kepemilikan atas kekayaan berupa tanah, bangunan, pabrik, alat-alat mesin produksi termasuk para pekerja yang keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada.

Sedangkan aset keuangan merupakan kebalikan dari aset riil, yang sebenarnya merupakan aset yang tidak nyata dan tidak menggambarkan kekayaan sesungguhnya dari pemiliknya. 

Beberapa yang termasuk dalam aset keuangan atau aset finansial adalah saham dan obligasi, yang merupakan salah satu produk keuangan yang berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di suatu negara.

Mengapa saham disebut aset tak riil? Karena saham pada dasarnya hanyalah lembaran kertas atau mungkin jurnal komputer yang tidak secara langsung memiliki kontribusi terhadap kapasitas produksi dalam suatu perekonomian. Setiap jenis aset keuangan saham misalnya merupakan klaim atas laba yang dihasilkan dari aset riil atau laba dari pemerintah jika merupakan obligasi.

Setiap orang dapat memilih untuk menggunakan uang atau kekayaan yang dimilikinya hari ini atau melakukan investasi untuk masa depan. Jika pilihan yang dilakukan adalah berinvestasi, maka ia mungkin memilih untuk memiliki aset keuangan berupa saham atau obligasi. Dalam tulisan ini saya akan lebih banyak membahas soal saham dan dinamikanya.

Uang yang diterima oleh perusahaan saat menerbitkan saham akan digunakan untuk membeli aset riil. Imbal hasil atas aset keuangan yang diharapkan dari seorang investor saham, berasal dari laba yang dihasilkan oleh aset riil yang dibeli perusahaan dari dana yang berasal dari penjualan saham.

Sebagian besar dari kita secara individual tidak dapat memiliki pabrik mobil yang merupakan aset riil, tetapi kita dapat memiliki aset keuangan berbentuk saham semisal saham ASTRA atau perusahaan lainnya, yang memungkinkan kita memperoleh laba yang berasal dari produksi mobil.

Mengenal Tiga Lingkungan Keuangan

Ilustrasi investasi (Sumber: sindonews.com)
Ilustrasi investasi (Sumber: sindonews.com)

Sebelumnya, mari kita mengenal tiga lingkungan keuangan, yaitu sektor rumah tangga, sektor usaha dan sektor pemerintah.

Sektor rumah tangga merupakan pembuat keputusan ekonomi sepanjang waktu. Aktivitas-aktivitas dari rumah tangga seperti bekerja, kegiatan konsumsi, menabung, hingga merencanakan pensiun merupakan bentuk-bentuk perhatian pada keputusan keuangan.

Setiap rumah tangga memiliki ketertarikan pada jenis aset yang berbeda tergantung dari situasi ekonomi rumah tangga. Secara umum, keputusan keuangan rumah tangga lebih memperhatikan pada bagaimana menginvestasikan uang dan memperoleh keuntungan dari investasi tersebut.

Berbeda halnya dengan sektor usaha. Kebutuhan sektor ini umumnya bagaimana mendapatkan uang untuk mendanai investasi pada set rill berupa pabrik, peralatan, teknologi dan sebagainya. Dan untuk tujuan tersebut, setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan oleh sektor usaha, yaitu meminjam dana dari bank atau menghimpun dana dari sektor rumah tangga dengan menerbitkan saham.

Seperti halnya sektor usaha, sektor pemerintah pun seringkali membutuhkan pinjaman untuk membiayai pengeluarannya. Namun tidak seperti sektor usaha yang memungkinkan menjual saham untuk menghimpun dana, pemerintah hanya dapat memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi jika pendapatan dari sektor pajak tidak mencukupi.

Dana rumah tangga yang relatif kecil, membuat investasi langsung sulit dilakukan. Karenanya, diperlukan pihak ketiga sebagai perantara keuangan seperti bank, perusahaan investasi atau perusahaan asuransi yang diciptakan untuk mempertemukan sektor rumah tangga dengan sektor usaha atau pemerintah.

Perantara keuangan misalnya bank, mengumpulkan dana dengan meminjam uang dari para deposan dan meminjamkan uang tersebut sebagai piutang kepada peminjam lain. Selisih antara tingkat bunga yang dibayar untuk deposan dengan tingkat bunga yang dikenakan untuk peminjam adalah sumber keuntungan bank.

Dengan cara ini, peminjam yaitu sektor usaha dan yang meminjamkan uang yaitu sektor rumah tangga tidak perlu bertemu secara langsung. Keduanya cukup pergi ke bank yang menjadi pihak perantara di antara keduanya.

Bagaimana berinvestasi secara langsung melalui kepemilikan saham?

Saham merupakan sekuritas penyertaan yang menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing-masing lembar saham mewakili satu suara dalam pengurusan perusahaan yang biasanya digunakan dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan.

Suatu perusahaan dikendalikan oleh dewan komisaris yang dipilih oleh pemegang saham yang bertemu hanya beberapa kali dalam setahun. Kemudian dewan komisaris memilih manajer yang menjalankan operasional perusahaan sehari-hari. 

Selanjutnya dewan komisaris bertugas mengawasi manajemen untuk meyakinkan bahwa manajer dan seluruh bawahannya telah bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

Untuk meningkatkan modal, salah satu cara yang ditempuh perusahaan adalah menjual saham ke publik melalui bankir investasi yang disebut pasar perdana dan penjualan antar investor di pasar sekunder.

Saat ini, berinvestasi melalui saham dapat dilakukan dengan mudah secara online, tanpa perlu datang langsung ke galeri broker atau bankir investasi. Dengan kemajuan teknologi digital, sangat memungkinkan kita bertransaksi jual beli saham secara online lewat perangkat komputer atau aplikasi di smartphone.

Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum bertransaksi jual beli saham adalah memilih broker saham. Pada dasarnya semua broker saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah baik karena telah memenuhi modal minimum sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Namun karena fokus kita adalah bertransaksi online, maka sebaiknya memilih broker yang memiliki aplikasi online yang mudah dan 'gak bikin repot. Beberapa broker saham yang sering kita dengar antara lain adalah Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas dan lain sebagainya.

Setelah menentukan broker, selanjutnya kita harus membuka rekening saham pada broker yang telah dipilih. Membuka rekening saham adalah suatu keharusan, karena tanpa memiliki rekening saham, maka kita tidak akan dapat melakukan transaksi jual beli saham. 

Beberapa broker saham telah memfasilitasi pembukaan rekening nasabah secara online, sehingga menolong kita untuk menghemat waktu datang ke galeri broker yang bersangkutan.

Setelah memiliki rekening dana nasabah yaitu rekening khusus untuk menyimpan dana transaksi jual beli saham, maka selanjutnya kita dapat melakukan setoran awal sebagai modal untuk kegiatan transaksi pembelian perdana. Jumlah awal dana setoran bisa beragam mulai dari 100.000 tergantung ketentuan masing-masing bank.

Jumlah setoran awal ini juga tergantung pada saham apa yang akan dibeli. Sebagai pengetahuan awal, setiap pembelian saham saat ini mengharuskan kita membeli sebanyak 1 lot atau setara dengan 100 lembar saham. Jika saham ABCD dijual dengan harga Rp1000 per lembar, maka butuh investasi awal sejumlah 100 x Rp1000, atau sama dengan Rp100.000 untuk membeli 1 lot saham ABCD.

Untuk menentukan saham yang akan dibeli, tentu kita harus lebih dulu mengenali dengan baik perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Proses mengenal perusahaan ini dapat dilakukan dengan melakukan analisa fundamental perusahaan.

Dalam melakukan analisa fundamental, kita perlu menggali informasi sebanyak mungkin terkait perusahaan tersebut untuk memastikan kinerja perusahaan ke depan sehingga dana yang kita investasikan dengan membeli saham akan memberikan keuntungan.

Analisis fundamental mencakup keseluruhan bisnis yang dijalankan perusahaan termasuk laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan secara terbuka dan bagaimana prospek pasarnya ke depan. 

Bagi kita yang memilih untuk berinvestasi jangka panjang, salah satu indikator sederhana yang dapat menjadi acuan adalah memilih saham dari perusahan dengan kapitalisasi pasar besar, konsisten menghasilkan laba dan rajin membagikan deviden.

Setelah melakukan analisa fundamental, kita juga perlu melakukan analisis teknikal yaitu dengan menganalisis data historis terkait perubahan harga saham, volume perdagangan dan beberapa indikator lainnya. Dengan melakukan analisa teknikal, kita tidak seperti sedang berjudi dalam dunia saham, tetapi memutuskan berinvestasi setelah melakukan analisa secara keilmuan pasar modal.

Salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk melakukan analisa teknikal adalah metode moving average atau menghitung rata-rata bergerak harga dari suatu saham. 

Metode moving average inilah yang saya kaji secara teori di tesis program master saya seperti yang saya sampaikan di awal tulisan ini. Saya menggunakan bobot eksponensial pada rumus moving average untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang.

Selain memilih berinvestasi jangka panjang, kita juga dapat melakukan trading atau jual beli dalam jangka pendek. Atau bahkan juga short trading yaitu beli saham di awal pembukaan hari perdagangan dan menjual kembali di sore hari saat penutupan jika telah memperoleh keuntungan yang cukup.

Di era desruptive saat ini, dimana pandemi telah membuat segala sesuatu menjadi sangat tidak pasti, volatilitas saham dapat terjadi dengan sangat tinggi. Dalam satu hari perdagangan, harga saham bisa drop jatuh dengan sangat drastis namun bisa juga naik secara fantastis.

Jika kita dapat melihat dan memperkirakan saham-saham bagus yang akan naik dalam satu hari perdagangan, membeli saham tersebut tentu akan dapat memenuhkan pundi-pundi kita secara cepat. Namun sebaliknya, jika kita kurang cermat, maka dalam satu hari bisa jadi kita akan mengalami kerugian yang sangat dalam. Inilah dinamika dalam investasi saham.

Berdasarkan pengalaman saya, di awal pandemi terjadi, hampir semua saham mengalami down trend. Termasuk saham-saham yang saya punya, turun hingga nilainya minus 50% sebelum pandemi terjadi.

Namun karena saya lebih ke tipe investor jangka panjang, dan percaya pada perusahaan tersebut secara fundamental, maka saya cenderung tidak panik dan sabar menunggu harga saham tersebut kembali naik.

Hari ini, saham-saham yang dulunya jeblok hancur lebur, kini sebagain besar mulai kembali up trend. Bahkan beberapa emiten yang tadinya minus kini telah menghasilkan 'cuan" meski masih sedikit.

Bagi saya, berinvestasi saham adalah investasi yang masuk akal dan rasional saat ini, dan menjadi pilihan investasi aman. Namun tentu kita harus menjadi investor yang cerdas, investor yang telah melakukan analisa terlebih dulu sebelum masuk dan berinvestasi di sana agar dana yang kita investasikan membuahkan keuntungan seperti yang diharapkan.

Mari belajar untuk menjadi investor cerdas!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun