Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mati Pelan-pelan di Tempat Kerja, Harus Bagaimana?

27 Juni 2020   22:32 Diperbarui: 27 Juni 2020   23:19 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan menggumulkan kembali, apakah Tuhan masih menginginkan saya disini atau beranjak ke tempat yang baru. Tentu saja saya tidak akan mendapatkan jawaban instan soal ini. Sambil bergumul dan terus menunggu, saya akan melakukan hal berikutnya.

Kedua, mendapatkan kembali sudut pandang yang benar tentang bekerja dan beristirahat. Bisa jadi, perasaan bosan yang saya alami adalah karena saya terlalu sibuk bekerja selama ini dan lupa untuk merayakan dan menikmati hidup.

Saya kembali diingatkan tentang pentingnya waktu beristirahat dan menghormati waktu-waktu dan kesempatan beribadah. Bisa saja dunia yang sangat cepat, membuat saya tidak punya waktu untuk "pause" dan memulihkan kekeringan tangki rohani saya untuk kembali diisi oleh Sang Pencipta. Saya harus belajar kembali menikmati "quality time" bersama Tuhan yang empunya hidup saya.

Ketiga, mengembangkan gaya hidup kontemplatif. Saya harus kembali belajar memaknai segala sesuatu yang sudah, sedang dan akan saya lakukan. Kembali memaknai setiap orang, benda-benda dan situasi-situasi yang ada baik secara estetika maupun makna spiritualnya.

Akhirnya saya menyadari bahwa saya tidak mungkin mendapatkan kembali gairah yang dulu selain memperolehnya dari Tuhan sendiri. Saya bisa saja merasakan bosan yang demikian hebat, namun saya tidak boleh gagal untuk menjadi diri sendiri, ciptaan yang sejatinya sangat berharga di hadapan penciptaNya.

Keempat, kembali merefleksikan apakah kebosanan yang tejadi akibat faktor internal atau eksternal. Bisa jadi, ternyata penyebab utamanya bukanlah faktor lingkungan seperti yang saya bicarakan di awal. Bukan tidak mungkin, tempramen atau karakter saya lah yang jadi penyebabnya.

Di akhir perenungan itu, saya pun disadarkan kembali, kapan terakhir saya "bermimpi"?

Kelima, saya perlu kembali membangun mimpi-mimpi saya. Saya akhirnya tersadar, saya terlalu banyak tertidur dan lupa untuk bermimpi. Dulu saat gairah terasa begitu besar, saya membangunnya di atas mimpi dan cita-cita. Namun kini, saya justru melupakan ini.

Saya harus punya mimpi baru setelah sepuluh tahun pertama masa kerja ini. Saya harus kembali bermimpi untuk sepuluh tahun mendatang, dan memacu roda-roda semangat saya agar kembali melaju dan bergairah untuk mencapainya di tempat kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun