Pada tahun 1930-an, saat Amerika Serikat mengalami gelombang pengangguran besar-besaran, sejumlah politikus mendesak pemerintah untuk proaktif membangkitkan kembali perekonomian. Hal ini menyebabkan munculnya pemikiran bahwa meminjam uang dan memberi pinjaman adalah hal yang perlu dilakukan untuk memulihkan perekonomian yang menurun.
Kini setelah berselang hampir satu abad, utang telah begitu melekat dan sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Berutang dan memberi utang dianggap sesuatu yang lumrah dan wajar.
Di zaman modern saat ini, sangat jarang kita dengar orang yang membeli rumah tanpa mengajukan kredit ke bank. Tak sedikit juga mobil yang berseliweran di jalanan didapat dari pinjaman utang. Bahkan, perabot-perabot yang terpajang indah menghiasi sudut-sudut rumahpun hasil karena berutang.
Kondisi ekonomi yang sulit di tengah pandemi covid-19 saat ini, terkadang memang memaksa seseorang mengajukan pinjaman utang. Tetapi gaya hidup dan budaya konsumtif lebih menjadi penyebab mentalitas 'berutang' makin subur.
Hidup banyak orang masih mencirikan sikap mencari uang dan menghabiskannya. Tujuan orang bekerja adalah mengumpulkan uang, lalu memuaskan diri dengan uang yang didapat.
Parahnya, banyak orang kini bekerja keras untuk hanya membayar utang. Meskipun suami dan istri keduanya bekerja, namun tetap sulit untuk sekedar bisa melunasi utang.
Pertama, untuk bisa melunasi utang, ternyata kesulitannya jauh berlipat ganda dibandingkan saat membuat utang itu sendiri. Ketika seseorang membuat utang, itu artinya kemampuan keuangannya saat itu belum memadai. Dengan memaksakan diri membuat utang, justru kesulitan makin bertambah karena harus menambahkan budget untuk membayar bunga utang.
Kedua, dengan berutang sebenarnya kita telah menetapkan standar hidup di masa depan yang tidak lebih baik dari saat ini. Karena bagaimanapun, setelah membuat utang, fokus kita hanya pada bagaimana melunasi utang itu.
Tak jarang, justru utang lebih sering membuat seseorang stress dan merasa tidak nyaman. Lebih jauh lagi, sekali kita berutang, akan sangat sulit untuk keluar dari jeratannya. Bak "gali lobang tutup lobang", tanpa disadari, utang telah menjadi beban besar dalam hidup.
Lalu, bagaimana kita dapat menanggalkan mentalitas "berhutang" dan lepas dari beban utang?
Berikut 10 tips yang dapat menolong kita cerdas berperilaku dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, serta lepas dari mentalitas "berutang" untuk dapat memulai hidup baru tanpa beban utang.
#1 Menentukan anggaran
Menetapkan anggaran keuangan adalah hal mendasar yang harus dilakukan oleh semua orang, berapapun penghasilan yang dimiliki. Dengan membuat anggaran keuangan akan membuat kita tahu batas-batas pengeluaran kita.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung secara akurat, berapa pendapatan yang kita peroleh tiap bulan. Selanjutnya tetapkan batas pengeluaran yang tidak melebihi jumlah pendapatan yang telah dihitung.
Jangan pernah sesekali menetapkan "besar pasak dari pada tiang". Jika ini yang terjadi, niscaya kita akan sangat sulit untuk lepas dari kebiasaan berutang.
#2 Jangan membeli sekarang dan membayar belakangan
Saat ini, ada banyak barang yang dijual dengan cara bayar cicil. Bahkan ada yang lebih ekstrim, tanpa uang sepeserpun, kita sudah bisa membawa barang yang diinginkan.
Hati-hati dengan hal ini. Kita harus berani berkata 'tidak' pada tawaran yang demikian. Budayakan membeli barang karena memang kita sudah sanggup membayarnya saat ini. Jika uang kita belum cukup, alangkah baiknya menunggu dan terus menabung. Kita akan memutuskan untuk membeli, saat uang sudah cukup.
Jangan sesekali membiasakan diri "membeli sekarang dan membayar belakangan", karena kesulitan besar akan menanti di kemudian hari.
#3 Segera lunasi utang yang ada saat ini
Jika saat ini Anda sedang punya utang, segeralah melunasinya. Menunda-nunda pembayaran utang justru akan membuat Anda makin sulit. Makanya di poin #2 saya tegaskan, jangan dengan mudah membuat utang.
Jika tidak ada penambahan uang masuk, maka yang harus Anda lakukan adalah 'mengencangkan ikat pinggang' demi menyisihkan sebagian uang Anda untuk menyicil hingga utang terlunasi.Â
Inilah yang saya maksudkan sebagai alasan kedua di atas. Sebenarnya dengan membuat utang, kita akan menurunkan standar hidup kita di masa mendatang.
#4 Hindari penggunaan kartu kredit
Di era modern saat ini, ada banyak bank yang menawarkan kemudahan memiliki kartu kredit. Dalam beberapa kasus, kartu kredit memang diperlukan. Namun, adalah lebih baik jika Anda memutuskan tidak menggunakan kartu kredit sama sekali.
Saat ini, kartu kredit lebih sering digunakan untuk membuat utang. Rasanya hidup bagai raja, tinggal tunjuk sana sisi, gesek kartu kredit, semua yang diinginkan terpenuhi. Tapi tunggu dulu, saat tagihan kartu kredit Anda mulai membengkak, dan Anda tidak punya daya untuk membayarnya, habislah hidup Anda.
Sekali lagi, adalah jauh lebih baik membeli dengan membayar saat itu juga, dari pada borong sana sini tapi karena gesek kartu kredit.
#5 Evaluasi motivasi berbelanja
Kita perlu mengevaluasi apa yang membuat kita mengeluarkan uang dan berbelanja selama ini. Apakah karena sungkan menolak tawaran teman dekat? Anda perlu merdeka sebagai seorang pembeli. Anda tidak perlu dianggap berjasa karena telah membeli produk teman, padahal Anda sedang tidak membutuhkannya.
Motivasi utama kita saat membeli harusnya adalah karena kita benar-benar sangat membutuhkan itu. Bedakan dengan jelas, apa itu kebutuhan dan keinginan. Jika motivasi kita untuk membeli karena keinginan, makan akan ada 1001 hal yang ingin Anda beli.
Seringkali saat akan pergi berbelanja, kita telah menyiapkan list barang yang akan dibeli. Tapi karena godaan 'diskon' dan 'promo', kita jadi tak bisa menahan diri. Alhasil, saat melihat struk belanjaan yang membengkak, kita pun baru tersadar, ternyata motivasi belanja kita masih harus dievaluasi dengan benar.
#6 Memulai gaya hidup sederhana
Di atas telah saya jelaskan, bahwa faktor utama yang membuat kita berutang adalah gaya hidup. Seringkali kita menetapkan gaya hidup jauh di atas standar kemampuan keuangan kita.
Ada orang yang senang gonta-ganti baju baru, tas baru hingga hp baru. Apalagi jika ingin dilabeli 'sosialita' atau masuk arisan ibu-ibu kelas atas, gaya hidup akan terus meningkat padahal isi dompet masih itu-itu saja.
Hati-hati dengan pilihan gaya hidup. Lebih baik memulai gaya hidup sederhana tapi penuh damai sejahtera, dari pada menjadi sosialita namun hutang dimana-mana.
#7 Pindah ke rumah yang lebih sesuai
Sebagian besar orang memang harus mengajukan kredit ke bank untuk punya rumah. Namun soal pilihan rumah yang diambil, harus dipertimbangkan masak-masak. Jangan sekali-kali berpikir ingin rumah mewah, tapi sepertinya kemampuan kita untuk mencicil kreditnya adalah pas-pasan.
Jika ingin mengambil kredit rumah, ambillah sesuai dengan kemampuan saat ini, bukan karena ingin yang mewah dan hah.
Jika masih harus menyewa atau mengontrak rumah, pertimbangkanlah untuk memilih rumah yang juga sesuai dengan kemampuan kita. Adalah lebih baik menyewa rumah yang sederhana namun nyaman, agar bisa ditabung untuk rencana jangka panjang.
#8 Jangan kejar prestise kendaraan
Sekarang, merk kendaraan sering menjadi label 'prestise' penggunanya. Alasan membeli kendaraan tidak lagi soal kebutuhan, tapi sudah gaya-gayaan. Punya kendaraan dengan model terbaru akan menjadi kebanggaan.
Apalagi jika sudah sedikit naik jabatan di kantor, rasanya kendaraan lama sudah tak cocok lagi, meskipun kondisinya masih sangat baik dan layak untuk digunakan. Akhirnya membeli kendaraan baru yang lebih keren, jadi pilihan demi menjaga prestise.
Kalau saldo tabungan melimpah sih it's ok lah, masalahnya lagi-lagi mengajukan kredit ke bank. Lucu juga ya, mau gaya tapi mobil utangan.
#9 Menyederhanakan menu makan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Mau tidak mau, pemenuhan kebutuhan pangan wajib dilakukan. Namun seringkali, makan bukan lagi soal memenuhi kebutuhan perut semata, tetapi juga soal 'rasa mewah'.
Ada orang yang merasa puas diri jika sudah makan di restoran bintang lima. Menguras isi dompet pun rela dilakukan asal terlihat keren masuk keluar dari tempat makan tak biasa. Belum lagi kebiasaan posting makanan di Instagram, rasanya puas sekali karena sudah bisa pamer makan di restoran ini dan itu.
Jika soal apa yang dimakan pun kita harus punya standar tinggi selangit, bagaimana lagi kita bisa menetapkan standar sederhana untuk hal-hal lainnya dalam hidup kita? Belajarlah menyederhanakan menu makan Anda! Yang paling penting adalah makan makanan yang sehat dengan gizi berimbang.
#10 Menikmati aktivitas tak berbayar
Di dunia ini, ada banyak hal yang disediakan Tuhan untuk kita nikmati dengan gratis. Tidak harus mendaftar sebagai member club hotel agar bisa berolahraga, jalan pagi keliling kompleks adalah sesuatu yang bisa kita lakukan agar tetap sehat tanpa harus keluar uang.
Kita juga tidak harus membeli buku agar bisa membaca. Ada banyak buku-buku bagus yang bisa kita pinjam dari perpustakaan untuk kita baca tanpa harus membayar.
Belajarlah menikmati segala sesuatu yang tak berbayar. Karena seringkali anugerah memang tersedia bagi kita dengan cuma-cuma, asal kita kreatif menemukannya.Â
Jangan karena ingin menikmati sejumlah aktivitas, kita justru menambah pengeluaran tak perlu atau menambah beban utang yang sudah berat menjadi semakin berat lagi.
Semoga 10 tips ini bermanfaat dan dapat menolong Anda lepas dari budaya "berutang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H