Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PDP Tewas karena Lompat, Waspada Depresi akibat Corona

17 Mei 2020   22:14 Diperbarui: 18 Mei 2020   00:42 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : morrisonclinic.com

Sabtu (16/05/2020) tersiar kabar tewasnya seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang lompat dari lantai empat kamar isolasi pasien corona salah satu Rumah Sakit di Jakarta Timur. Berita ini menyadarkan kita bahwa virus corona tidak hanya menimbulkan gejala klinis terhadap penderitanya, tetapi juga masalah kejiwaan.

Dari fakta yg terungkap, si PDP tersebut sempat minta pulang ke rumah pada malam harinya. Menurut saya, ada kekuatiran besar dialami PDP bersangkutan, bahwa ia tak mungkin akan bisa sehat kembali. 

Meski berita jumlah pasien sembuh terus meningkat, ternyata tidak cukup meyakinkan beberapa pasien corona untuk semangat sembuh. Kejadian ini menambah PR baru dunia medis terhadap penanganan pasien corona, bagaimana menolong para pasien agar tak mengalami depresi.

Depresi adalah salah satu masalah kejiwaan yang sering kita temui dalam kehidupan. Biasanya depresi muncul diawali perasaan takut, kesepian, sangat sedih dan kecewa, serta tak ingin melakukan apa-apa. Jika perasaan-perasaan ini tidak dapat diatasi, orang yang bersangkutan akan sampai mengalami depresi berat hingga merasa ingin mati saja.

Tentu saja kita tidak berharap kejadian ini akan kembali berulang. Setiap kita perlu mawas diri dan menolong orang lain agar tidak mengalami depresi akibat corona. Kita perlu mengenal penyebab depresi  karena corona, agar dapat menghindarinya.

Apa saja kemungkinan yang dapat menyebabkan depresi karena corona di tengah pandemi saat  ini? Menurut saya, ada dua hal yang perlu diwaspadai, kemungkinan yang dapat memicu depresi karena corona.

Pertama, kita perlu waspada menjadi depresi karena pemikiran bahwa covid-19 tidak dapat disembuhkan. Corona memang adalah virus yang dapat menyebabkan kematian. Tidak sedikit pasien corona mengalami gejala klinis berat, terutama pasien usia lanjut. 

Gejala Pneumonia akut akibat virus ini, memang dapat menyebabkan kerusakan hebat pada paru hingga menimbulkan gagal pernafasan. Biasanya pasien-pasien yang mengalami gelaja berat ini harus dirawat di ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan oksigen melalui selang ventilator. Banyak juga pasien dengan kondisi klinis berat ini akhirnya harus meregang nyawa karena tak tertolong dan berujung kematian.

Informasi seperti ini terkadang membuat banyak orang merasakan ketakutan hebat. Perasaan tak akan tertolong dan segera akan mati, akan membayangi pasien corona. Saat seseorang mulai dinyatakan sebagai PDP corona, ia harus dapat mengontrol perasaan takut ini. Dukungan keluarga berperan penting dalam memberikan semangat untuk sembuh.

Namun, peran paramedis juga tak kalah penting dalam hal ini. Kepekaan terhadap kondisi kejiwaan pasien perlu lebih diperhatikan. Terkadang sikap kurang hospitality dan kurang melayani dari paramedis, turut menambah rasa takut ini. Memang tidak dapat dipungkiri, faktor kelelahan dan potensi kuat untuk terpapar adalah hal yang harus dipahami juga.

Kedua, kita perlu waspada menjadi depresi karena tekanan-tekanan hidup yang mungkin muncul akibat masa pandemi ini. Tidak sedikit dari para pasien corona telah lebih dulu mengalami kehilangan akibat kematian orang yang dikasihi. Perasaan kehilangan yang sangat berat dan tidak mampu diatasi akan memicu terjadinya depresi.

Selain itu, faktor stress yang bertumpuk-tumpuk akibat kehilangan pekerjaan atau kesulitan ekonomi dapat pula menimbulkan perasaan frustasi dan kecewa. Kekuatiran bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan di rumah, turut menambah tekanan hingga akhirnya depresi tak terhindarkan.

Dalam kondisi demikian, kedewasaan spiritual berperan penting menolong orang yang depresi akibat tekanan-tekanan seperti ini. Sebagai keluarga, kita harusnya menolong supaya yang bersangkutan banyak melakukan ibadah, entahkah melalui berdoa atau kontemplasi pada Tuhan.

Harus ada orang-orang yang mengambil peran sebagai penolong spiritual, baik itu dari keluarga dekat atau paramedis di rumah sakit. Orang yang mengalami depresi akibat tekanan seperti ini, harus ditolong mengakui kekuatiran dan ketakutannya secara jujur kepada sang pencipta. 

Ia tak perlu menyembunyikan perasaannya, karena justru hal itu akan membuat semakin tertekan. Yang bersangkutan perlu ditolong untuk dapat menerima kenyataan dan selanjutnya berserah kepada pertolongan dari yang Maha Kuasa.

Orang yg mengambil peran sebagai penolong spiritual, harus mampu menjadi konselor yang baik. Memberikan telinga untuk mendengarkan dan menunjukkan perasaan empati yang tulus. Selanjutnya, membantu mengarahkan si pasien agar fokus melakukan ibadah dan menikmati relasi yang intim dengan Tuhan.

Semoga sharing ini menolong kita dan para pasien corona, sehingga tidak ada lagi korban jiwa akibat depresi di tengah pandemi covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun