Mata Pelajaran Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan Kewarganegaraan tidak boleh menjadi satu-satunya ujung tombak dalam pencapaian kompetensi sikap siswa. Karena faktanya, setiap guru mata pelajaran ini juga harus berkejar dengan target kurikulum menuntaskan kompetensi-kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan.Â
Justru saya melihat, tuntutan pencapaian kedua kompetensi ini jauh lebih banyak dibebankan kepada guru ketimbang kompetensi sikap. Merdeka belajar yang akhir-akhir ini didengungkan, faktanya belum dapat diterapkan sepenuhnya.
Kurikulum yang ada saat ini perlu ditinjau ulang. Target-target kurikulum yang sangat padat, sebenarnya menjadi tantangan besar penerapan merdeka belajar.Â
Saya lebih setuju jika sekolah diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menyusun kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Jika ini terjadi, sekolah tidak lagi perlu mengejar target-target pencapaian kurikulum yang diwajibkan oleh pemerintah.Â
Sekolah bisa merdeka menetapkan capaian-capaian yang diharapkan untuk peserta didik di sekolah, dan siswa merdeka dari tuntutan yang seabrek-abrek.Â
Sudah saatnya, sekolah lebih fokus pada pencapaian sikap dan karakter, tetapi tetap dengan tidak melupakan dimensi pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh setiap siswa.Â
Saya lebih respek jika siswa di kelas saya belajar menyisihkan uang saku nya untuk memperhatikan temannya, ketimbang mampu berhitung dengan baik soal bunga tabungan di bank tetapi tidak sensitif jika teman dekatnya tidak punya uang untuk sekedar beli buku dan pena.
Terkait dengan kelulusan siswa yang dibicarakan di awal, adalah tugas sekolah untuk mendidik anak-anak didiknya untuk bisa memilih kegiatan yang lebih bermanfaat ketimbangan coret-coret baju, konvoi dan kegiatan-kegiatan tak bermakna lainnya. Aksi peduli sosial terkait rasa syukur atas kelulusan perlu diwacanakan.Â
Tentu saja ini tidak mungkin secara tiba-tiba menjadi pilihan yang dipilih oleh setiap siswa. Dalam proses pembelajaran sehari-hari, ini harus menjadi warna di sekolah.Â
Ketika mengajarkan tanggung jawab kepada siswa misalnya, perlu kegerakan bersama seluruh warga sekolah bagaimana mengaplikasikan rasa tanggung jawab ini kepada sesama manusia, tidak sekedar diskusi dan pemahaman intelektual di kelas tentang arti kata tanggung jawab.
Bagaimana peran kita sebagai guru dalam pendidikan karakter ini? Saya menghayati peran guru sesungguhnya adalah 'tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, dan ing ngarsa sung talada'.Â