PERKAWINAN
Bunga malam telah gugur. Jatuh di hadapan cahaya pagi.
Para mempelai masih berdiri mananti dengan pelita bernyala.
Menyambut Sang Pangeran, perlahan menghapus kegelapan.
Mempelai bernyanyi memuji, mendaraskan kidung Mazmur.
Keduanya lenyap dalam api  abadi, bersatu dalam cinta tak terpahami.
PEREMPUAN ITU
Dia datang setelah lama terkurung dosa
Menguras darah dari tubuhnya laksana vampir
Tulang dan kulitnya mengering
Hingga lewat Sang Tabib Ilahi
Dia mendekati-Nya menjamah jumbai jubah Sang Tabib
Harapan berbuah
Iman menjadi nyata
Dosanya telah diampuni
KERAHIMAN-MU
Ketika hati-Mu terbuka, ribuan rasa terburai
Pada jiwa-jiwa merindu, Engkau memberi kasih
Membungkus dengan berkat melimpah
Pada roh-roh penuh sesal dan tobat Engkau memberi tubuh dan darah-Mu
Saat belas kasihan-Mu menjadi rahmat tak berkesudahan
SEORANG LELAKI BERSUJUD
Lelaki bersujud
Mereguk setiap deti dengan lantunan
Menguyah setiap menit dengan kidung
Membasuh setiap jam menjadi kesucian
Seorang lelaki berdoa
Mengupas diri helai demi helai
Dosanya berguguran seperti datangnya musim kemarau
Meranggas dalam kematian sunyi
Menjadi kering dan perlahan terbakar dalam tobat
CAHAYA LILIN
Secercah cahaya lilin
Menyusup di sela kegelapan
Desiran angin malam
Kesunyian ini menikam
Telak di hati yang merindu
SEPULUH ORANG KUSTA
Ada sepuluh orang kusta
Berseru memohon
Pada Sang Dokter Ilahi
Kiranya hati dapat menjadi iba
Mentahirkan jiwa dan tubuh
Lepas dari hinaan mereka
Dia berkenan
Sembuh membawa suka cita, syukur
Seorang kembali pada-Nya
Melupakan kegembiraan
Untuk mengucap terima atas kasih-Nya
"Di manakah sembilan orang yang lain?"
JEMARI CAHAYA MENGGENGGAM
Jemari cahaya menggenggam
Kisah suci penuh nyanyian
Terulur dari bibir bak madu mengalir
Memenuhi hasrat tuk menyongsong Sang Khalik
Sambutlah Dia
Matahari sejati
Taburkan bagi-Nya benih puji-pujian
Agar bertumbuh dan berbuah menjadi rahmat
KETAKUTAN: BAHASA ALLAH
Tiuplah ketakutan ku pucuk langit
Biarlah mentari menyemainya dalam cahaya
Menari bersama gemawan
Turun bersama hujan musim ini
Kala kematian mencoba mengusik
Wajah menjadi gemetar mengeriput
Bertahan mengikat pada tiang kehidupan
Namun maut terus memaksa pergi
Ini cerita Allah
Menyebut takut dalam kata
Nubari perlahan mulai melukis makna
Merenung kembali di malam yang membantangkan gemintang
"Aku ingin selalu berada di rumah-Mu"
GERIMIS PAGI
Gerimis pagi jatuh di pelataran hati
Meresap dan menyusup dalam mencari rahasia ketetapan-Nya
Menyusuri setiap pori perintah-Nya
Sembari mengecap madu dari kemanisan-Nya
Hukum-Mu menyimpan keajaiban
Mengekang kebebasan menjadi kesetiaan
Menuju kibasan cahaya yang keluar dari pedang malaikat
Walaupun hangus dan menjadi debu
Namun kerinduan pada Firdaus-Mu terus memacu
Pada titik ini ceritaku menghijau
Remuk redam dalam sesal tak berkesudahan
Membawa kematian roh
Terlahir menjadi pucuk-pucuk tunas baru
Di rahim-Mu aku terus bergulat
Berenang dalam ketuban-Mu
Serasa musim selalu basah oleh cinta-Mu
Hidup dalam keabadian cinta-Mu
BUATMU
Di awal hari
saat malam masih harum tercium
Kegelaman masih menjaring
Hati-hati merindu mulai mencari
Memanjat puja dan puji
Di tiap undakan tangga-tangga kesunyian
Setiap kata adalah syukur
Sumber air hidup abadi
Tuhan....
Dari-Mu mengalir ada dan tiada
Kemustahilan menjadi kepastian
Akhir dari dari dikotomi
Terlebur menjadi satu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H