Lelaki yang terbaring di tempat tidur pada sebuah ruangan di rumah sakit itu teman masa SMA-ku. Kami bersekolah di sebuah SMA swasta yang cukup terkemuka di kota kecamatan kami.Â
Sekian lama aku tak bertemu dan berbincang dengannya, kini saat aku pulang ke kampung halaman dan menjumpainya lagi. Perjumpaan itu bukan dalam kondisi bahagia, tapi penuh rasa prihatin.
Fariz, temanku yang supel, ternyata sakit, sudah lama. Dia tak menceritakan apa sakit yang dideritanya.Â
"Aku ceritakan sakitku, kamu juga nggak bisa mengurangi rasa yang kualami."
Fariz tertawa sambil menahan sakit.
"Setidaknya aku..."
"Doakan aku saja, semoga bisa lekas sembuh."
Kuanggukkan kepala. Tak lama kemudian, istriku keluar dari ruang inap Fariz. Dia memang tak bisa tahan di ruangan dengan bau obat-obatan. Ada trauma yang membuatnya begitu. Jadi, dia menemaniku ke rumah sakit kali ini, sudah aku acungi jempol.
"Tapi kalau kamu mau tahu, apa sakit yang kuderita, ada orang yang tahu."
"Istrimu kan?" tebakku. Fariz tertawa, dengan tatap mata yang terlihat aneh.