Tuk...tuk...sret...sret...
"Hahaha...Kalian pasti akan mudah kutangkap, kelinci-kelinci lucu." Musang tertawa licik sambil menggesekkan dua batu warna hitam beberapa kali. Dari gesekan dua batu itu, keluarlah api. Dengan cepat, dia mengarahkan percikan api ke arah daun kering yang sudah disiapkannya tadi.
Tak lama kemudian, api mulai membesar. Daun kering yang mengelilingi tempat bermain kelinci-kelinci, mulai dilalap api. Asap membuat mata pedih. Namun, Musang tak peduli. Dia hanya ingin menikmati kelinci lezat. Sudah lama dia menginginkan daging kelinci untuk mengisi perutnya.
Kelinci-kelinci itu panik saat melihat api yang berada di sekitarnya.
"Api...api! Ayo kita lari!" seru mereka sambil berlari, menghindari api yang mulai mengitari mereka.
Melihat kepanikan kelinci-kelinci, Musang tertawa lebar. Kelinci-kelinci memang banyak yang bisa menyelamatkan diri. Namun ada seekor kelinci yang lemas karena asap semakin tebal karena api membesar.
Dengan gesit, Musang mendekati kelinci itu. Kelinci itu tak sempat melarikan diri.
***
Saat Musang menikmati kelinci itu, dia tak menyadari kalau api merembet ke tempat yang berada di sekitar tempat bermain kelinci. Banyak daun kering di sekitar tempat itu dan angin lumayan kencang, jadi daun-daun itu ikut terbakar.
Dia menyadari kalau api semakin besar saat tubuhnya merasa kegerahan dan hidungnya mencium asap. Diperhatikannya sekitar tempatnya berada.