Di tengah tidur nyenyakku, samar-samar kudengar percakapan antara Pak Eko dan Bu Eko. Mereka tampaknya sedang adu argumen, entah apa itu. Aku pun mendekati mereka. Kumenguping apa yang mereka bicarakan. Bagaimanapun aku harus tahu, karena aku telah lama hidup bersama mereka.
"Tahun depan, aku ingin usahaku lebih maju, Sayang," ucap Bu Eko, yang memang berprofesi sebagai pengusaha. Aku pernah mendengar kalau perusahaannya memang maju dan terus membuka lapangan kerja bagi banyak orang.
"Kamu harus jadi Kepala Sekolah, Sayang!" ucap Bu Eko. Pak Eko tercengang dengan ucapan istrinya yang cantik tapi selalu dianggapnya banyak mau.
"Kamu ini, Dik. Nggak semudah itu. Jadi Kepala Sekolah ya harus menjalani pendidikan dan lulus."
"Kan kamu sudah..."
"Tapi yang menentukan pengangkatan bukan kita, Dik," potong Pak Eko. Dia lalu melanjutkan,"hal terpenting, aku mau jadi guru yang menginspirasi bagi siswa. Ya, sambil menunggu turunnya SK, Dik."
Bu Eko menghela napas. Ada raut kecewa yang kulihat. Memang dia sangat menginginkan keluarganya bisa lebih baik dari hari ke hari. Dia tak mau diremehkan keluarga besarnya. Maklumlah, orang tuanya tak merestui hubungannya dengan Pak Eko dan masih terbawa sampai sekarang.
***
Aku terduduk di dekat kolam ikan. Aku masih belum paham, sebenarnya apa yang dibicarakan Pak Eko dan Bu Eko. Tadi, Bu Eko sempat berkata kalau apa yang mereka bicarakan adalah resolusi untuk tahun depan.
"Bob, ngapain kamu?"
Aku menengok ke arah sahabatku, Karen, yang berjalan ke arahku. Kusunggingkan senyuman manis untuknya.
"Sini, Ren. Aku mau tanya. Mungkin kamu paham."
Kami pun duduk bersebelahan. Langsung saja kutanyakan perihal resolusi tahun baru kepadanya. Dia memberi keterangan,Â
"Resolusi itu seperti janji pada diri sendiri untuk jadi lebih baik tahun depan, Bob," jawab Karen singkat.
"Oh, begitu..."
Karen mengangguk. Dia pun menceritakan resolusi tahun baru versinya. Katanya, dia ingin menjadi pribadi yang lebih pintar dan cantik lahir batin.
"Kalau kamu, gimana, Bob?"
***
Aku pun mulai menjalankan resolusi yang harus kucapai di tahun baru nantinya. Aku ingin jadi pribadi yang rajin, lebih sehat, dan lebih keren!
Langkah awal, aku akan menerapkan pola hidup sehat. Ya, biar bisa lebih lama bersama Pak Eko dan Bu Eko. Setiap pagi, aku berolahraga. Namun saat berolahraga, aku menemukan banyak tikus di rumah Pak Eko.Â
Akhirnya aku hanya mengejar-ngejar tikus nakal yang tak pernah takut melihatku. Mereka malah tertawa dan mengejekku. Aku tak terima. Dengan kekuatan penuh, aku kejar tikus-tikus itu. Sayangnya aku malah tersangkut di pagar. Malu sekali rasanya, apalagi Karen yang menolongku.
"Sepertinya aku memang terlalu gemuk. Jadi, tak lincah saat mengejar tikus-tikus itu," batinku.
Karen terus menyemangatiku. Rasa malu pun kini mulai hilang, karena perhatian Karen. "Yang semangat, Bob!" bisiknya lembut. Hatiku semakin termotivasi untuk menjalankan pola hidup sehat. Aku ingin terlihat sempurna di mata Pak Eko, Bu Eko dan Karen tentunya.
Saat jam makan siang, di piring sudah tersaji makanan yang sangat menggoda. Ada aneka sayuran, di samping ceker ayam. Sangat imbang bukan? Ada sayur dan lauknya.
"Bismillah," doaku dalam hati. Kunikmati makanan itu pelan-pelan. Bagaimanapun, aku harus membiasakan makan seperti ini. Tak hanya lauk amis-amisan saja.
Saat makan ceker ayam, terasa nikmat. Tinggallah aneka sayuran di piring. Brokoli, kembang kol, wortel. Terlihat indah di mata.
"Enak nggak, ya?" tanyaku dalam hati.
Perlahan aku memasukkan brokoli ke mulutku. Namun, perutku jadi mual.Â
"Apaan ini? Hueeek!"
Benar-benar tak enak rasanya. Tapi aku terus mencoba menikmati sayuran itu. Tapi gagal. Perutku menolak sayuran-sayuran itu. Keringat membanjiri tubuhku.
Aku pun berjalan ke luar. Untuk menyegarkan tubuh yang agak lemas karena perut yang masih mual dan keringat bercucuran.
Aku berjalan ke arah kolam. Muncullah ide untuk menangkap ikan untuk menu makanku. Tanpa bantuan Pak Eko seperti biasanya.Â
"Baiklah. Aku lebih baik mencari makan sendiri," kataku, sambil memerhatikan ikan-ikan yang terlihat di permukaan air kolam. Namun, karena aku tak pernah menangkap ikan sendiri, aku terpeleset dan tercebur ke kolam.
Aku panik luar biasa. Untunglah Pak Eko melihatku saat terpeleset tadi.
***
"Untunglah aku tadi lihat kamu, Bob," ucap Pak Eko sambil mengeringkan tubuhku.
"Lain kali, jangan main di dekat kolam. Kamu itu nggak bisa renang," nasihatnya. Melihat Pak Eko mengeringkan tubuhku, Bu Eko mendekati kami.
"Kenapa si gemoy, Sayang?"
"Tadi kecebur di kolam."
"Oalah. Ada-ada saja kucingmu itu, Sayang. Tadi pagi sempat nyangkut di pagar, sekarang kecebur di kolam," kata Bu Eko sambil menggelengkan kepala, lalu meninggalkan kami.
___
Branjang, 31 Desember 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI