"Sepertinya aku memang terlalu gemuk. Jadi, tak lincah saat mengejar tikus-tikus itu," batinku.
Karen terus menyemangatiku. Rasa malu pun kini mulai hilang, karena perhatian Karen. "Yang semangat, Bob!" bisiknya lembut. Hatiku semakin termotivasi untuk menjalankan pola hidup sehat. Aku ingin terlihat sempurna di mata Pak Eko, Bu Eko dan Karen tentunya.
Saat jam makan siang, di piring sudah tersaji makanan yang sangat menggoda. Ada aneka sayuran, di samping ceker ayam. Sangat imbang bukan? Ada sayur dan lauknya.
"Bismillah," doaku dalam hati. Kunikmati makanan itu pelan-pelan. Bagaimanapun, aku harus membiasakan makan seperti ini. Tak hanya lauk amis-amisan saja.
Saat makan ceker ayam, terasa nikmat. Tinggallah aneka sayuran di piring. Brokoli, kembang kol, wortel. Terlihat indah di mata.
"Enak nggak, ya?" tanyaku dalam hati.
Perlahan aku memasukkan brokoli ke mulutku. Namun, perutku jadi mual.Â
"Apaan ini? Hueeek!"
Benar-benar tak enak rasanya. Tapi aku terus mencoba menikmati sayuran itu. Tapi gagal. Perutku menolak sayuran-sayuran itu. Keringat membanjiri tubuhku.
Aku pun berjalan ke luar. Untuk menyegarkan tubuh yang agak lemas karena perut yang masih mual dan keringat bercucuran.
Aku berjalan ke arah kolam. Muncullah ide untuk menangkap ikan untuk menu makanku. Tanpa bantuan Pak Eko seperti biasanya.Â